jenis plankton tersebut tidak menghasilkan toksik dan berbahaya bagi manusia
Bandarlampung (ANTARA) - Forum Komunikasi Praktisi Aquakultur (FKPA) Lampung menyebutkan bahwa anomali yang terjadi pada Desember 2019 di perairan Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung dapat mengancam budi daya udang dan ikan di daerah itu.

"Kami bersama pihak laboratorium BPPL telah mengambil sampel air laut Bengkunat Pesisir Barat (Pesibar) dan ikan yang ditemukan mati di sana untuk diuji kelayakan," kata Ketua FKPA Lampung Hanung Harnadi, dalam keterangan yang diterima, di Bandarlampung, Senin.

Berdasarkan hasil laboratorium, lanjutnya, ada indikasi perairan tersebut mengalami booming plankton jenis "dinoflagelata"atau sering disebut "red tide"sehingga terjadi anomali air laut.

Baca juga: "Ledakan plankton" membuat Selat Bosphorus berwarna pirus susu
Baca juga: Plankton juga hasilkan oksigen


Sedangkan, dari hasil ikan yang dibedah didapatkan hati yang sedikit pucat dan insangnya mengalami gangguan fungsi akibat tertutup lendir.

"Hasil ini juga menyatakan bahwa secara kimia parameter kualitas air masih memenuhi standar baku mutu, artinya tidak ada penurunan kualitas air," jelasnya.

Namun, bagi budi daya, kata dia, jenis plankton ini cukup berbahaya karena lendir yang dihasilkan menutup insang sehingga biota bisa mati mendadak karena kehabisan atau sulit mengambil oksigen.

"Sedangkan hasil laboratorium juga menunjukkan jenis plankton tersebut tidak menghasilkan toksik dan berbahaya bagi manusia," ujarnya.

Baca juga: BPPT Riset Plankton Penyerap Karbon Untuk Kurangi GRK
Baca juga: Plankton Beracun Bunuh Ikan Terdampar di Bali


Ia mengungkapkan bahwa hasil laut yang terserang plankton tersebut masih aman bila dikonsumsi dalam keadaan segar karena pada pengecekan laboratorium tidak ada plankton yang bersifat negatif.

Atas peristiwa itu, Hanung mengimbau, semua anggota FKPA untuk tidak memasukkan air laut ke dalam kolam budi daya udang atau ikan, jika jenis plankton itu masih terlihat secara visual di perairan Pesibar.

"Kemunculannya akibat curah hujan yang tinggi dan sifatnya insidensi yang kemudian hujan tidak ada lagi beberapa hari, tapi plankton ini akan hilang seiring hujan yang akan sering turun," kata dia.

Baca juga: Ikan di Teluk Ambon aman dikonsumsi setelah ledakan algae
Baca juga: Pencemaran Laut di Indonesia Masih Tinggi

Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020