Jakarta (ANTARA) - Model jembatan lengkung bentang panjang Kuningan atau longspan Kuningan pada proyek Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek milik Arvilla Delitriana, seorang konsultan Indonesia, mengalahkan tiga model dari konsultan internasional asal Perancis yang sering disewa PT Adhi Karya selaku pengembang proyek LRT Jabodebek.

"Kelebihan dari inovasi yang dilakukan oleh ibu Arvilla Delitriana ini adalah menyelesaikan permasalahan untuk untuk membuat crossing atau perlintasan di atas perempatan Kuningan yang tentunya bukan hanya perempatan yang ramai tapi juga sudah banyak struktur lain terutama ada jalan tol, flyover dan juga ada underpass dari Mampang menuju Kuningan," kata Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) /Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro di Jakarta, Senin (7/1).

Dengan kerumitan struktur seperti itu, ternyata Arvilla Delitriana bisa menemukan opsi terbaik untuk membuat longspan kuningan untuk proyek LRT Jabodebek. Model longspan ini dapat masuk dari Jalan Gatot Subroto ke Jalan Rasuna Said tanpa menambah kolong di tengah perempatan Kuningan.
 
Model Longspan Kuningan. (Sumber:PT adhi Karya)


Sebenarnya dari awal PT Adhi Karya selaku kontraktor atau developer dari proyek LRT jabodebek ini mempunyai konsultan internasional untuk pembuatan lintasan LRT tersebut yang berasal dari Perancis. Namun, ketika konsultan internasional tersebut menghadapi isu di perempatan Kuningan usulan, maka mereka menyediakan tiga opsi, yang mana sangat sukar diimplementasikan dan beresiko di lapangan, antara lain karena harus membangun kolong tambahan persis di tengah perempatan Kuningan. Bahkan supervisor dari Jepang untuk proyek tersebut juga mengapresiasi model Longspan Kuningan buatan Arvilla dan rekannya.

"Ini adalah kebanggaan buat kita bahwa di tengah maraknya proyek infrastruktur yang memang kita perlukan untuk percepatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan di Indonesia ternyata memberikan dampak juga kepada inovasi khususnya di sektor konstruksi dalam bentuk inovasi tentang jembatan lengkung sepanjang 148 meter untuk proyek LRT ini," ujarnya.

Arvilla Delitriana, yang merupakan penemu jembatan lengkung bentang panjang atau longspan Kuningan itu, mengatakan model jembatan ini memiliki kekhususan atau keunikan dibanding jembatan-jembatan lain, antara lain jembatan ini harus melengkung dengan panjang yang paling panjang yang pernah Arvilla temukan yakni 148 m dan memerlukan dua kaki sebagai pilar yang berbeda tingginya.

Arvilla menuturkan longspan Kuningan itu memiliki kondisi mekanisme jembatan yang tidak biasa dengan bentuk melengkung dan panjang sehingga harus ada mekanisme yang bisa menahan tarikan di kedua sisi ujung jembatan agar tetap kokoh dan stabil.

"Saya memberikan memberikan gaya untuk menegakkan pier itu selalu, jadi posisinya harus pas, jumlahnya harus pas dan tarikannya harus pas," ujar lulusan Institut Teknologi Bandung itu.

Longspan Kuningan yang menjadi jembatan lengkung paling panjang di Indonesia memiliki panjang jembatan 148 meter dengan radius lengkungan 115 meter. Dua kaki yang menjadi pilar penahan jembatan dengan ketinggian berbeda yakni 22 meter dan 16 meter menjadi tantangan tersendiri karena mempengaruhi struktur jembatan itu. Terlepas dari tingginya, dua kaki tersebut dibangun dengan pondasi menembus ke bawah tanah sejauh 8 meter dari permukaan tanah.

Kecepatan kereta LRT pada saat lengkungan maksimal 30 km per jam sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga kereta tidak terlempar dari jalurnya.

Pembangunan konstruksi jembatan lengkung bentang panjang Kuningan ini diperkirakan membutuhkan waktu 700 hari.

Sebelumnya, Lintas Rel Terpadu (LRT) Jabodebek ditargetkan akan mulai beroperasi secara menyeluruh langsung pada Juni 2021 mendatang.

"Kami masih menargetkan Juni atau Juli 2021 beroperasi," kata Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam seremoni pengecoran jembatan lengkung bentang panjang (long span) Kuningan, Jakarta, pada 11 November 2019.

Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk Budi Harto selaku kontraktor pembangunan LRT Jabodebek menjelaskan progres pembangunan telah mencapai 67,3 persen dengan rincian lintas Cawang-Cibubur mencapai 86,2 persen, lintas Cawang-Dukuh Atas 53,8 persen, dan lintas Cawang-Bekasi Timur 60,5 persen.

Jembatan tersebut juga dirancang untuk tahan goncangan gempa dengan memperhitungkan dan mengkombinasikan data tujuh gempa besar di dunia antara lain di Los Angeles, Maroko dan Jepang, serta memperhitungkan data gempa di Indonesia.

 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020