Jakarta (ANTARA) - Manchester United masih mampu mengukuhkan diri sebagai klub terbesar di dunia, kata Ole Gunnar Solskjaer.

Solskjaer mengapungkan dan melambungkan optimisme jelang duel Derbi Manchester yang akan diadakan di Stadion Old Trafford, Manchester, pada Selasa waktu setempat, atau Rabu dini hari, pukul 03.00 WIB.

Silakan saja Solskjaer optimistis meski perlu ditimbang-timbang bahwa Manchester United kini diterpa badai cedera pemain.

Baca juga: Raul Jimenez membuat Solksjaer terkesan

Optimisme versus fakta, inilah realita sesungguhnya yang dihadapi Manchester United. Perlu ditimbang-timbang bahwa sederet pemain andalan klub berjuluk Setan Merah itu masih berkutat serentak berjuang keluar dari deraan sakit.

Sebut saja, Luke Shaw, Anthony Martial dan Jesse Lingard tidak turun ke lapangan hijau saat ditahan imbang 0-0 oleh Wolverhampton Wanderers di ajang Piala FA.

Memang, setiap laga memiliki kekhasannya masing-masing, tetapi perlu juga menjejakkan kaki di bumi kenyataan. Situasi runyam lantaran Harry Macguire terus bertempur untuk menang dari sakit yang mendera dia tiada henti.

Baca juga: Solksjaer maklumatkan MU cari gelandang baru bulan ini

Di lini pertahanan Manchester United, situasinya setali tiga uang. Eric Bailly, Timothy Fosu-Mensah, dan Axel Tuansebe memang sudah mulai turun ke lapangan berlatih bersama dengan rekan-rekannya.

Hanya saja, apakah Solskjaer memiliki nyali besar, dibakar oleh laga berlabel Derbi Manchester, menurunkan para pemain yang nota bene masih berjuang keluar dari sakit dan cedera.

Baca juga: Solskajaer yakini United bakal bangkit meski tertatih-tatih

Manajer berpaspor Norwegia itu tidak ingin meninggalkan penggal sejarah sebagai panglima perang "yang mengorbankan anak buah" demi mempertahankan nama besar Manchester United.

Terang benderang bahwa Solskjaer memiliki hitung-hitungan sendiri. Ia ingin mewujudkan dirinya sebagai "orang yang baik" dalam buku besar sejarah Manchester United dengan meminjam satu kata, yakni optimisme.

Optimisme di mata sang manajer, terwujud bila mampu mengalahkan tim tetangga yang gaduh, Manchester City di bawah asuhan Pep Guardiola.

Baca juga: Jadwal Piala FA: dari Derby Merseyside hingga lakon Arteta vs Bielsa

Diibaratkan, optimisme itu membuncah dan meluap saat seseorang atau kelompok terpicu oleh cita-cita yang ingin diraih di kemudian hari.

Optimisme bisa saja membius bila tidak dibarengi dengan hitung-hitungan cermat. Optimisme pupus saat meninggalkan realitas yang tidak jarang menghakimi mereka yang suka berleha-leha dan bersenang-senang dengan kemenangan.

Realitasnya? Manchester United justru belum menunjukkan konsistensi dalam laga demi laga. Memang, Marcus Rashford dan kawan-kawan mampu mengalahkan Manchester City dengan skor 1-2 di Etihad Stadium pada awal Desember 2019.

Di satu sisi, kemenangan pasukan Solskjaer itu bukan jaminan dapat kembali menundukkan The Citizens dalam laga leg pertama semifinal Piala Carabao atau League Cup.

Baca juga: Derby Manchester tersaji di semifinal Piala Liga

Di lain sisi, seluruh penggawa Manchester United boleh jadi memotivasi diri untuk meraih kemenangan saat menghadapi Manchester City di Old Trafford.

Sepak bola kerapkali mengulang kutuk sejarah, bahwa mereka yang "diam-diam mencuri makanan untuk bersenang-senang" pada akhirnya menuai air mata.

Kafe-kafe di Manchester siap merayakan Derbi Manchester dengan berurai luapan sampanye di gelas-gelas kemenangan.
Tetap saja salah satu kredo berlaku bahwa mereka yang menang pada awalnya gagah perkasa menjawab pertanyaan, tetapi jangan lengah bahwa sensasi menyenangkan hanyalah fatamorgana.

Solskjaer pun menjawab sebagaimana dikutip dari laman Independent, "Kami adalah Manchester United. Kami sudah bangun dan kami sudah pulih seperti sedia kala, dan kami siap kembali.

Baca juga: Derby Manchester milik United

Baca juga: Solskjaer masih anggap Man United lebih besar dibandingkan Man City

Pewarta: AA Ariwibowo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020