Jakarta (ANTARA) - Pengusaha Sofjan Wanandi berharap perang antara Iran dan Amerika Serikat tidak pecah lantaran dampaknya yang diperkirakan bisa buruk ke Indonesia, terutama dengan kenaikan harga minyak mentah seiring memuncaknya ketegangan antara kedua negara itu.

Menurut Sofjan yang ditemui di BPPT Jakarta, Selasa, dampak yang signifikan diperkirakan akan dirasakan karena Indonesia masih menjadi negara pengimpor minyak.

"Saya harapkan jangan perang. Kalau perang betul, kita juga susah, subsidi kita, kita kan impor minyak banyak sekali," katanya.

Baca juga: Pemerintah antisipasi dampak konflik Iran-Amerika

Indonesia juga masih sangat bergantung pada impor karena cadangan yang sedikit dan negara belum mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

"Cadangan kita sedikit, rugi kita. Maka jangan perang. Kalau dia perang kita celaka, subsidi tambah besar," katanya.

Pemerintah Iran tetap berharap tak ada perang di kawasan Timur Tengah setelah serangan udara militer AS menewaskan pemimpin militer Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), Mayor Jenderal Qasem Soleimani, di Baghdad, Irak, pada 3 Januari lalu.

Baca juga: Tanggapi tuduhan AS, militer Iran nyatakan tidak takut konflik

"Serangan udara militer AS ini seperti declaring military war (pernyataan perang), tetapi kami akan menyikapi ancaman itu secara proporsional. Kami tidak ingin ada perang di kawasan dan akan berupaya mencegah hal demikian terjadi," kata Duta Besar Iran untuk Indonesia Mohammad Azad menjawab pertanyaan Antara.

Menurut Dubes Azad, serangan militer AS yang menewaskan pemimpin militer Iran merupakan langkah irasional yang membahayakan stabilitas politik dan keamanan dunia.

"Serangan itu merupakan keinginan pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Bagi kami, politik zero-sum-game tidak akan menyelesaikan masalah," tambah Azad.

Bagi Azad, pemerintah Iran akan tetap melakukan langkah yang rasional demi menjamin keamanan dan stabilitas di kawasan. Walaupun demikian, Pemerintah Iran tetap akan melakukan aksi balasan terhadap serangan udara militer AS itu.

 

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020