Bogor (ANTARA News) - Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) resmi mengumumkan delapan kadernya sebagai kandidat calon Presiden (Capres) partai itu menyusul makin menguatnya wacana Capres untuk Pemilu 2009.

Presiden PKS Tifatul Sembiring mengungkapkan, delapan nama rekomendasi Majelis Syuro DPP PKS itu adalah Hidayat Nurwahid (mantan Presiden PKS), Tifatul Sembiring (Presiden PKS), Salim Assegaf Al Jufri (Dubes RI untuk Arab Saudi), Anis Matta (Sekjen PKS), Shohibul Iman, Irwan Prayitno, Suharna dan Surahman Hidayat.

"Delapan nama tersebut seluruhnya adalah kader PKS yang dimunculkan oleh Majelis Syuro DPP PKS dan baru sebatas wacana," kata Tifatul usai temu kader di Bogor, Sabtu sore.

PKS sampai saat ini belum menentukan sikap apakah akan mengusung Capres sendiri atau berkoalisi dengan partai lain, tergantung hasil perolehan suara pada Pemilu Legislatif 2009.

Berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pada undang-undang politik, parpol yang akan mengusung Capres disyaratkan memperoleh suara pada Pemilu Legislatif minimal 20 persen.

Dari dua kali Pemilu yang diikuti banyak partai, perolehan suara tertinggi yang diraih partai hanya 25 persen, kata Tifatul.

"Dengan persyaratan minimal 20 persen suara, itu mengisyaratkan parpol mesti berkoalisi jika akan mengusung capres," katanya.

Namun, sampai saat ini PKS belum menentukan mitra koalisinya karena menunggu hasil pemilu legislatif nanti dan jika sudah diperoleh maka akan menjadi posisi tawar untuk berkoalisi dengan partai lain.

"PKS membangun komunikasi dengan semua partai dan masih terbuka terhadap semua partai untuk berkoalisi," katanya.

Tifatul berharap partainya menangguk suara lebih banyak pada Pemilu 2009, meskipun beberapa survai menyebut angka perolehan suara PKS tidak akan lebih banyak dari Pemilu lalu.

"Berdasarkan perolehan suara pada Pemilu 2004, dan dua kali lipat dari hasil survey, Insya Allah pada Pemilu 2009 PKS memperoleh 15 persen suara," kata Tifatul.

Ia tampak lebih percaya pada perhitungan partainya ketimbang survai yang menurutnya kadang tidak tepat sambil menunjuk perbedaan antara hasil survai 2004 tentang suara PKS pada Pemilu 2004 dengan perolehan nyata PKS di Pemilu itu yang justru dua kali lebih besar dari angka survai. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008