Bandung (ANTARA) - Penghijauan kawasan hulu Sungai Citarum menjadi fokus utama Program Citarum Harum selama 2020 dalam upaya memulihkan lahan yang kritis maupun mengalami penurunan fungsi di daerah aliran sungai itu.

"Kami tidak memungkiri bahwa masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang mesti dituntaskan. Salah satunya adalah penghijauan lahan kritis, terutama di DAS Citarum hulu," kata Deputi IV Bidang Koordinasi SDM, IPTEK, dan Budaya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Safri Burhanuddin dalam siaran pers Biro Humas dan Keprotokolan Setda Provinsi Jawa Barat, Kamis.

"Fokus utama di tahun ketiga (2020) selain ada Citarum kita benahi, kita akan penghijauan di atas. Jadi, bibit itu perlu proses waktu. Kita mengintegrasikan semua program di kementerian maupun di CSR untuk tahun ini penghijauan secara masif," ia menambahkan.

Menurut data Satuan Tugas Citarum Harum, ada 77.037 hektare lahan kritis di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) Citarum dan 61.681 hektare di antaranya merupakan lahan milik warga.

"Yang masih perlu kita benahi adalah masalah proses penghijauan di atas. Dari 77 ribu hektare lahan kritis, 61 ribu hektare lahan kritis milik masyarakat. Itu tentu pendekatannya berbeda dengan milik negara," katanya.

"Instruksi sekarang lebih cenderung kita mengajak sebanyak mungkin stakeholder (pemangku kepentingan), bukan cuma pemerintah, tetapi juga non-pemerintah terlibat," katanya mengenai upaya penghijauan hulu DAS Citarum.

Safri sudah meninjau beberapa bagian DAS Citarum untuk melihat dampak Program Citarum Harum, program berjangka tujuh tahun yang ditujukan untuk mengendalikan pencemaran dan kerusakan DAS Citarum.

"Kita mau lihat hasilnya. Setelah kita bekerja dua tahun ini, kita pertama melihat apakah sungainya sudah semakin bersih apa tidak. Kedua, bantaran sungainya makin bagus apa tidak. Apakah banjir yang ada itu makin parah atau tidak. Alhamdulillah semuanya positif," katanya.

Ia mengemukakan pentingnya penggunaan sensor dan perangkat semacam kamera pengawas untuk melihat kondisi Sungai Citarum dari waktu ke waktu.

"Tidak mungkin atau setiap saat menggunakan mata ke lapangan. Kita membutuhkan alat. Alat yang dipasang kita itu akan membantu dan mempercepat kita melihat daerah mana yang mengalami pencemaran, sehingga kita bisa identifikasi pencemarannya ada di mana," katanya.

Baca juga:
Pemulihan DAS Citarum butuh 24 juta bibit pohon
Daur ulang sampah DAS Citarum tekan 5.000 ton CO2 emisi GRK

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020