Kupang (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, mencatat puluhan warga Desa Suka Kiong, Kecamatan Kuwus, masih mengungsi karena rumahnya masih dipenuhi dengan material akibat longsor.

"Para korban bencana alam tanah longsor di Desa Suka Kiong masih bertahan di lokasi pengungsian. Mereka mengungsi ke rumah adat setempat yang dianggap lebih aman," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Dominikus Hawan ketika dihubungi Antara dari Kupang, Jumat.

Menurut Dominikus Hawan, bencana alam tanah longsor yang terjadi di desa itu merupakan dampak cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Manggarai Barat, Flores, pada Ahad (5/1/2020) setelah daerah itu diguyur hujan lebat disertai angin kencang.

Dikatakannya, pada saat peristiwa berlangsung pada pukul 19.00 Wita, warga setempat belum tidur sehingga berhasil menyelamatkan diri dengan mengungsi ke tempat yang lebih aman saat mengetahui akan terjadi tanah longsor.

"Warga cepat menyelamatkan diri ke tempat yang aman sehingga saat peristiwa berlangsung tidak ada korban jiwa," katanya.

Baca juga: 30 rambu di lokasi rawan longsor dipasang di Manggarai Barat-NTT

Baca juga: Angin puting beliung dan longsor terjang manggarai barat

Baca juga: Ini penyebab 1.563 orang terdampak banjir-longsor Manggarai Barat bertahan di pengungsian


Dalam peristiwa bencana alam tanah longsor di Desa Suka Kiong, kata Dominikus Hawan, sebanyak 11 unit rumah penduduk rusak.

"Kami telah memantau secara langsung ke lokasi bencana dan 11 rumah dipenuhi material longsor sehingga warga tidak bisa masuk ke dalam rumah," katanya.

Korban bencana akan kembali menempati rumah masing-masing apabila telah dibersihkan.

BPBD telah mengingatkan warga Desa Suka Kiong untuk selalu waspada karena hujan lebat dan angin kencang masih terjadi di daerah itu.

"Kami telah mengingatkan warga, apabila melihat tanda-tanda terjadi longsor agar segera mengungsi guna menghindari korban jiwa," katanya.*

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020