Kami juga mengeluhkan aplikator yang melakukan perang harga dan ini harus ada regulasinya.
Padang, (ANTARA) - Perkumpulan Angkutan Padang Online (PAPO) mengadukan nasib ke DPRD Sumbar terkait regulasi dari aplikator yang memberatkan dan membuat pengemudi tidak nyaman dalam menjalankan aktivitas.

Sekretaris PAPO M Ulung Saputra di Padang, Senin, mengatakan ada empat hal yang akan dilaporkan kepada pemerintah daerah yang meresahkan pengemudi online.

Pengurus PAPO diterima oleh Komisi IV DPRD Sumbar yakni Andiwarman, Rafdinal, Mario Syahjohan, Desrio Putra, Benny Utama dan lainnya di ruang khusus II DPRD Sumbar

Ia mengatakan persoalan pertama adalah skema insentif yang dikurangi aplikator dan  tidak diiringi kenaikan ongkos kepada penumpang.

Kedua adalah persoalan insentif diturunkan sementara target yang diberikan dinaikkan sehingga sulit untuk terpenuhi

Selanjutnya ketiga sistem pembagian orderan yang tidak merata, dari 100 persen hanya 10 persen yang mudah mendapatkan orderan sementara 90 persen sisanya sangat sulit.

Keempat sistem bagi hasil yang menyulitkan pengendara, ia mengatakan setiap transaksi uang dari penumpang sebanyak Rp3 ribu untuk aplikator sesuai aturan perundang-undangan.

Kemudian sisanya dibagi dengan persentase 20 persen untuk aplikator dan 80 persen untuk pengemudi

Baca juga: Ratusan sopir Grab Airport datangi Kantor Grab Bali, ini penyebabnya

Ia mengatakan saat ini ada 2.000 pengendara angkutan online jenis mobil yang tersebar di Sumatera Barat dan keluhan ini muncul dari bawah.

Ia menjelaskan organisasi PAPO ini menaungi 26 komunitas pengemudi yang ada di Sumbar.

Pengemudi tersebut bermitra dengan beberapa aplikator seperti Gojek, Grab, Asia Trans, Maxim, In Driver dan angkutan lokal AJO.

"Kami juga mengeluhkan aplikator yang melakukan perang harga dan ini harus ada regulasinya," kata dia.

Sementara itu Ketua PAPO Efendi Ganto mengatakan saat ini sekitar 80 persen pengemudi online menggantungkan hidup mereka sebagai pengemudi.

Bahkan menurut dia banyak yang meninggalkan pekerjaan awal untuk menjadi pengemudi.

Beberapa dari mereka, katanya berani mencicil mobil agar menjadi pengemudi angkutan online.

"Bisa kita lihat dalam beberapa waktu belakangan jumlah penjualan mobil di Sumbar meningkat," kata dia.

Namun saat ini,katanya dengan ada persoalan ini jangankan mencicil mobil untuk hidup saja tidak terpenuhi.

"Kami berharap ada solusi dari pemerintah agar kerja sama aplikator dengan pengemudi ini memberikan keuntungan," kata dia

Baca juga: Kasus penipuan saldo GoPay, Gojek minta konsumen dan pengemudi waspada

Ia mengakui pada awalnya pengemudi mampu mengumpulkan uang Rp450 ribu per hari melalui bonus dan uang yang didapatkan dari penumpang.

Menurut dia uang tersebut dibagi Rp150 ribu untuk cicilan mobil, Rp150 bahan bakar, Rp50 ribu konsumsi harian dan sisanya dibawa pulang.

"Sekarang poin juga sulit didapat bahkan ada yang berangkat pagi sampai malam tidak dapat poin," kata dia.

Sementara itu pihak Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah III mengatakan aspirasi dari pengemudi akan disampaikan kepada pusat untuk dimasukkan dalam pembahasan regulasi angkutan sewa khusus ini.

"Kami serap empat kendala tersebut lalu ditindaklanjuti ke pusat agar ada solusi. Regulasi ini ada di pusat dan kami di sini hanya menindaklanjuti," kata dia.

Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020