Dari delapan saham tersebut, empat di antaranya termasuk dalam saham gocap alias saham yang mentok di harga terendah di bursa yaitu Rp50 per saham.
Jakarta (ANTARA) - Sekitar dua pertiga saham milik PT Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Asabri) kini harganya di bawah harga saat penawaran umum perdana (IPO).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia per 13 Januari 2020, dari saham yang dimiliki Asabri di atas lima persen, sebanyak 8 dari 13 saham tersebut lebih rendah dari harga saat IPO.

Dari delapan saham tersebut, empat di antaranya termasuk dalam saham gocap alias saham yang mentok di harga terendah di bursa yaitu Rp50 per saham.

Baca juga: Kementerian BUMN akan carikan solusi untuk benahi Asabri

Empat saham gocap tersebut antara lain, Sidomulyo Selaras Tbk (SDMU) di mana harga IPO Rp225 per saham, Inti Agri Resources Tbk (IIKP) harga IPO Rp450 per saham, SMR Utama Tbk (SMRU) harga IPO Rp600 per saham, dan Hanson Internasional Tbk (MYRX) harga IPO bahkan mencapai Rp9.900 per saham.

Empat saham di bawah harga IPO lainnya itu Alfa Energi Investama Tbk (FIRE) dari harga IPO Rp500 per saham menjadi Rp326 per saham, PP Properti Tbk (PPRO) dari harga IPO Rp185 per saham jadi Rp66 per saham, Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) dari harga IPO Rp300 per saham jadi Rp204 per saham, dan Island Concept Indonesia Tbk (ICON) dari harga IPO Rp118 per saham jadi Rp71 per saham.

Sementara itu, lima saham milik Asabri lainnya saat ini lebih tinggi dibandingkan harga saat IPO yaitu Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) dari harga IPO Rp150 per saham jadi Rp338 per saham dan Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) dari harga IPO Rp115 jadi Rp268 per saham.

Selanjutnya ada Indofarma Tbk (INAF) dari harga IPO Rp250 per saham jadi Rp740 per saham, Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL) dari harga IPO Rp325 per saham jadi Rp675 per saham, dan Pool Advista Finance Tbk (POOL) dari harga IPO Rp135 per saham jadi Rp197 per saham.

Secara komposisi kepemilikan saham, berikut persentase saham yang dimiliki Asabri. Saham PCAR (25,14 persen), BBYB (20,13 persen), SDMU (18,06 persen), FIRE (15,57 persen), INAF (13,91 persen), NIKL (10,3 persen), POLA (7,65 persen), IIKP (5,44 persen), SMRU (6,61 persen), MYRX (5,4 persen), PPRO (5,33 persen), HRTA (5,26 persen), dan ICON (5,02 persen).

Baca juga: Wamen BUMN: Penyelesaian kasus Asabri beda dengan Jiwasraya

Direktur Utama Asabri Sonny Widjaja dalam keterangan resminya, Senin, mengatakan, sehubungan dengan kondisi pasar modal di Indonesia, terdapat beberapa penurunan nilai investasi Asabri yang sifatnya sementara.

Namun demikian, manajemen Asabri mengaku memiliki mitigasi untuk merecovery penurunan tersebut.

Kementerian BUMN sendiri menyebutkan memang benar terdapat kerugian portofolio di sisi saham Asabri tersebut namun belum diketahui secara pasti terkait angka kerugiannya sebab masih dikaji lebih dalam.

Kementerian BUMN sedang melakukan investigasi bersama Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk mengetahui lebih lanjut terkait masalah Asabri tersebut.
Baca juga: Wamen BUMN sebut ada kerugian pada portofolio saham Asabri

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020