Dengan ada target, idealnya program ini juga bisa berdampak positif terhadap penggilingan padi.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Galuh Octania mengemukakan, rencana ekspor beras yang ditargetkan mencapai 500.000 ton pada 2020 dinilai bakal berdampak positif bagi usaha penggilingan di berbagai daerah.

Galuh Octania dalam rilis di Jakarta, Rabu, menyatakan, untuk mendukung tercapainya target 500 ribu ton ekspor beras di tahun ini, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyosialisasikan Program Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling).

"Dengan ada target, idealnya program ini juga bisa berdampak positif terhadap penggilingan padi," katanya.

Apalagi, menurut dia, beberapa waktu yang lalu, para pengusaha penggilingan padi dihadapkan dengan ketatnya kompetisi antarpengusaha karena ada ketidakseimbangan antara jumlah padi yang diproduksi dengan jumlah usaha penggilingan.

Baca juga: Targetkan ekspor beras 500.000 ton, Mentan libatkan penggilingan

Ketidakseimbangan tersebut, lanjutnya, dinilai merugikan pengusaha penggilingan padi, terutama pengusaha berskala kecil.

"Program ini sebaiknya juga menciptakan kerja sama jangka panjang antara petani dengan pengusaha penggilingan padi supaya mereka tetap bisa beroperasi," ungkap Galuh.

Ia berpendapat bahwa para pengusaha penggilingan padi dapat terintegrasi dan bekerja sama dengan gabungan kelompok tani di wilayah setempat. Salah satu dari tiga agenda Kostraling adalah mempersiapkan semua wilayah untuk memiliki alat penggiling atau RMU (Rice Milling Unit).

Namun, lanjutnya, implementasi dari agenda ini harus benar-benar dipikirkan matang-matang dan secara merata agar setiap usaha penggilingan padi, terutama yang berskala kecil, memiliki kesempatan yang sama bersaing dengan perusahaan penggilingan yang berteknologi lebih baik.

Galuh mengharapkan pada akhirnya semua pelaku di rantai distribusi beras dari petani hingga usaha penggilingan padi dapat memperoleh keuntungan dan manfaat timbal balik yang sama.

Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menginisiasi  program Komando Strategi Penggilingan Padi (Kostraling) yang melibatkan pelaku usaha penggilingan padi guna mendukung target ekspor beras 500.000 ton pada 2020.

Baca juga: Kementan pererat kerja sama dengan Arab Saudi untuk ekspor beras

Saat pencanangan Program Kostraling di Depok, Jawa Barat, Senin, Syahrul mengatakan Kementan memerlukan keterlibatan kementerian/lembaga pemerintah lain, maupun swasta dari hulu hingga hilir, termasuk dengan para pengusaha penggilingan padi dan pengusaha beras nasional.

"Saya berharap seluruh pelaku usaha penggilingan padi dapat bergabung dengan Kostraling. Saya memberikan kesempatan pada yang memang siap dan punya integritas untuk membantu dan berfungsi menjadi muara akhir dari ekosistem pertanian," kata Menteri Syahrul melalui keterangannya di Jakarta, Senin (13/1).

Melalui Kostraling, Mentan mengajak para pelaku usaha penggilingan padi dapat bekerja sama dengan kelompok tani (poktan), khususnya yang pernah menerima alat Rice Milling Unit (RMU)/dryer agar saling bantu guna dapat menjaga kualitas produknya, termasuk dalam hal pemasarannya.

Syahrul menjelaskan salah satu faktor yang berpengaruh dalam pencapaian kualitas beras adalah kadar air, derajat sosoh (warna keputihan beras), banyaknya beras pecah dan rasa.

Kualitas beras tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh penanganan pascapanen termasuk yang dilakukan dengan alat penggiling atau RMU maupun dengan alat pengering yang biasanya dikelola oleh pengusaha penggilingan bekerja sama dengan petani/poktan/gapoktan.

Ia mengatakan bahwa Kostraling sebagai penanggung jawab dan penyangga di bidang pangan seiring dengan rencana Mentan yang akan mengekspor beras ke berbagai negara.

 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020