Di kandang kelompok ini sudah ada yang mati satu pada 13 Oktober 2019. Belum lama ini kami juga mendapat informasi dari petugas Puskeswan ada yang mati juga di peternakan lain,
Sleman (ANTARA) - Peternak sapi di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengaku resah karena munculnya virus Theileria yang menyerang hewan ternak hingga mengakibatkan beberapa sapi mati.

"Di kandang kelompok ini sudah ada yang mati satu pada 13 Oktober 2019. Belum lama ini kami juga mendapat informasi dari petugas Puskeswan ada yang mati juga di peternakan lain," kata Pengurus Kelompok Ternak Mergo Andini Makmur, Desa Margokaton, Kecamatan Seyegan Mulyono di Sleman, Kamis.

Menurut dia, beberapa sapi di peternakan lain di Seyegan juga dilaporkan ada yang mati beberapa bulan lalu.

"Di kandang kelompok ini memang baru satu sapi yang mati, namun virus Theileria ini membuat kami resah, karena membahayakan ternak sapi lainnya, sebab sifatnya yang mudah menular," katanya.

Ia mengatakan, dari hasil laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVET) Wates, Kulon Progo menyebutkan bahwa dari 62 sapi yang ada, 56 sudah terjangkit virus yang sama.

"Ini artinya di sini hampir 90 persen sapi sudah terjangkit. Dari total 62 sapi, ada 56 sapi yang sudah terjangkit virus Thailera," katanya.

Mulyono mengatakan, sapi yang terinveksi virus Thailera bisa berdampak menurunkan berat badan, penurunan reproduksi dan penurunan produksi susu.

"Bahkan kalau sudah akut bisa terjadi kencing darah dan mati, kalau sapi sedang bunting bisa keguguran juga," katanya.

Ia mengatakan, ternak sapi yang terjangkit virus Thailera dimungkinkan juga berasal dari peternak yang salah memberikan makanan. Kondisi padi yang rusak serta adanya kotoran tikus di sawah kadang menjadi hal yang kurang diperhatikan oleh para peternak.

"Seperti saat ini kondisi padi banyak yang rusak, banyak yang tidak sadar lalu diberikan untuk makan sapi seperti biasa. Selain itu dari kotoran tikus yang ada di sawah juga," katanya.

Selain menular, kata dia, yang paling dikhawatirkan para peternak adalah dari Puskeswan maupun Dinas Peternakan tidak mempunyai vaksin atau obat untuk penyakit Theleria.

"Ini membuat para pemilik sapi harus iuran sebesar Rp90 ribu untuk satu botol obat yang akan dibeli secara online yang harganya sekitar Rp5,3 juta," katanya.

Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan (DP3) Kabupaten Sleman Heru Saptono tidak membantah adanya temuan virus yang diduga Theleria di wilayah Kecamatan Seyegan.

"Kami baru melakukan tahapan uji lab dan belum mendapatkan laporan adanya ternak sapi yang mati. Baru suspect dan baru kami ujikan di BBVET Wates. Matinya belum tau, namun memang ada sapi yang terindikasi," katanya.

Ia mengatakan, adanya dugaan virus Theleria, merupakan kasus pertama kali yang terjadi di Kabupaten Sleman sehingga belum ada ploting anggaran pembelian obat untuk jenis virus tersebut.

"Virus Theleria baru pertama kali di Sleman. Jadi belum ada anggaran untuk obat tersebut. Kami masih menunggu uji labnya, kalau positif Theleria, kami akan membicarakan anggaran," katanya.

Baca juga: Sleman waspadai lalu lintas ternak dari luar daerah

Baca juga: Sleman terus tingkatkan populasi sapi

 

Pewarta: Victorianus Sat Pranyoto
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020