Surabaya (ANTARA) - Sekitar 22.995 orang kader juru pemantau jentik (jumantik) di bawah koordinasi puskesmas, camat dan lurah se-Kota Suabaya, Jawa Timur, dikerahkan melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di tempat genangan air atau bak mandi rumah penduduk guna mengantisipasi penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita di Surabaya, Jumat mengatakan untuk mengantisipasi datangnya DBD, pihaknya sudah menyiapkan berbagai upaya, mulai dari penerbitan surat edaran wali kota tentang kewaspadaan DBD, sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat sampai peran jumantik dengan programnya yaitu Gerakan 1 rumah 1 jumantik.

"Kami melakukan pendampingan dan monitoring Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik di Surabaya," kata Febria yang kerap dipanggil Fenny ini.

Menurut dia, upaya tersebut mempedomani Peraturan Menteri Kesehatan 1501/MENKES/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan.
Baca juga: Risma imbau warga Surabaya waspadai musim pancaroba

Ia menjelaskan tugas para jumantik ini menjadi mitra puskesmas dalam mencegah dan menurunkan angka penyakit DBD. Selain itu, lanjut dia, kader ini juga bertugas untuk memantau kondisi lingkungan sekitar dari penyebaran penyakit melalui kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang dilakukan secara rutin setiap Jumat.

"PSN itu terdiri dari pemantauan tempat perkembangbiakan, cara pemberantasan, mengetahui siklus nyamuk, memahami Angka Bebas Jentik (ABJ) dan mengetahui penggunaan larvasida (bubuk pembunuh jentik)," katanya.

Tidak hanya itu, kata dia, Diknes bersama kader lingkungan juga menerapkan sistem "3M PLUS" yakni menguras, menutup, dan mendaur ulang. Sedangkan PLUS-nya, yang berarti memiliki 11 poin yakni mengganti air vas bunga, memperbaiki saluran dan talang yang tidak lancar, menutup lubang-lubang pada potongan pohon, menaburkan bubuk pembunuh jentik, memelihara ikan pemakan jentik di kolam.

"Lalu memasang kawat kasa di jendela, mengatur barang secara rapi dalam ruangan, memakai obat yang mencegah gigitan nyamuk, penanaman bunga pengusir nyamuk dan membersihkan lingkungan," ujarnya.
Baca juga: Surabaya gencarkan pemantauan jentik nyamuk untuk cegah DBD

Namun begitu, Fenny berpesan kepada masyarakat, jika keluarga atau lingkungan sekitar mengalami gejala DBD, agar langsung membawanya ke puskesmas terdekat. Gejala DBD itu biasanya terjadi demam tinggi, ruam atau bintik merah pada kulit, nyeri pada otot sendi.

"Lalu pusing, mual, muntah, nafsu makan menurun, nyeri ulu hati," katanya.

Fenny mengatakan berbagai upaya yang dilakukan Pemkot Surabaya ini untuk memastikan agar masyarakat dapat terhindar dari gigitan nyamuk berjenis Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Alhasil, di tahun 2019 jumlah warga yang terserang DBD menurun. Dari 321 kasus di tahun 2018 menurun ke 277 kasus di tahun 2019.

"Harapannya meningkatnya kesadaran dan peran aktif masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit DBD," ujarnya.
Baca juga: Warga Surabaya diminta tetap waspada demam berdarah
 

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020