Bandung (ANTARA) - Kelompok "Sunda Empire" dalam sejumlah video kegiatannya yang beredar di media sosial menunjukkan latar tempat taman di halaman Gedung Isola, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

Kepala Seksi Eksternal Hubungan Kelembagaan UPI Yana Setiawan membenarkan bahwa "Sunda Empire" pernah melakukan kegiatan di lokasi tersebut. Berdasarkan catatannya, mereka menggunakan tempat itu pada 8 Maret 2017.

Baca juga: Setelah "Keraton Sejagat" ada lagi "Sunda Empire" di Bandung

"Pada 8 Maret 2017 menggunakan akses tempat Balai Pertemuan berikutnya di Lapangan Isola Resort. Namun, saat kegiatan di lapangan (taman halaman Isola), tidak ada izin kepada kami," kata Yana di Bandung, Jumat.

Pada saat itu, ia memastikan bahwa mereka telah ditegur oleh pihak kampus ketika melakukan kegiatan di luar Balai Pertemuan. Memang dalam video yang tersebar, nampak seorang anggota "Sunda Empire" berorasi di taman depan Gedung Isola.

Baca juga: Keberadaan "Sunda Empire" di Bandung sudah diketahui sejak 2018

"Prinsipnya, kalau ada kegiatan di lapangan sudah kita tegur," kata Yana.

Dia memastikan bahwa "Sunda Empire" hanya berizin satu kali pada tahun 2017. Namun, ia mengetahui bahwa organisasi ilegal itu melakukan beberapa kegiatan pada tahun berikutnya.

Baca juga: Polisi akan selidiki keberadaan "Sunda Empire" di Bandung

Meskipun UPI sempat dijadikan tuan rumah bagi kegiatan "Sunda Empire", ia memastikan bahwa seluruh sivitas akademika UPI tidak ada yang terlibat perkumpulan tersebut.

"Baik dosen maupun mahasiswa dipastikan tidak terkait Sunda Empire. Tidak ada kegiatan sivitas akademika pada Sunda Empire," kata dia.

Baca juga: Tanggapan Ridwan Kamil tentang kemunculan "Sunda Empire"

Sebelumnya, polisi juga sedang menyelidiki keberadaan "Sunda Empire" yang ramai diperbincangkan setelah adanya fenomena "Keraton Agung Sejagat" di Purworejo, Jawa Tengah.

Kabidhumas Polda Jawa Barat Kombes Pol Saptono Erlangga mengatakan pihak kepolisian sudah menerima informasi tentang adanya "Sunda Empire" sejak Kamis (16/1).

"Kita kan belum tahu apakah itu ormas, atau apa, makanya kita masih pelajari, masih pendalaman dengan melakukan penyelidikan," kata Saptono.

Pewarta: Bagus Ahmad Rizaldi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020