Kalau bicara kesulitan sudah tidak ada lagi (dalam membangun di Indonesia Timur)
Jakarta (ANTARA) - Pembangunan yang digalakkan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta di kawasan Indonesia Timur perlu untuk selalu memberdayakan sumber daya lokal karena sebenarnya berbagai elemen telah lengkap tersedia di kawasan tersebut.

"Wika (Wijaya Karya) selalu mendevelop sumber daya lokal," kata President Director PT Wijaya Karya Tumiyana dalam seminar bertajuk "Building Eastern Indonesia: No One Left Behind" yang digelar di Jakarta, Jumat.

Menurut Tumiyana, komponen impor dari setiap pembangunan yang dilakukan pihaknya di kawasan Indonesia Timur selalu tidak lebih dari 15 persen.

Dengan demikian, lanjutnya, maka sekitar 85 persen dari komponen pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur selalu berasal dari sumber daya lokal.

Ia juga menampik anggapan bahwa membangun di kawasan Timur itu sulit, karena sebenarnya selalu ada solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada.

"Kalau bicara kesulitan sudah tidak ada lagi (dalam membangun di Indonesia Timur)," katanya.

Dia mencontohkan, pembangunan Jembatan Holtenkamp di Papua dapat berlangsung hingga terwujud.


Baca juga: Pembangunan Indonesia timur dipercepat siapkan SDM berdaya saing
Baca juga: Panglima TNI: pagu indikatif 2020 untuk pembangunan Indonesia Timur


Sementara itu, President Director PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyatakan bahwa pembangunan di kawasan Timur perlu mengutamakan "multiplier effect" atau dampak berganda terhadap perekonomian di sana.

Freeport, menurut Tony Wenas, telah melakukan hal itu antara lain dengan berkontribusi hingga sekitar 48 persen dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Papua, hingga menciptakan sekitar 200 pengusaha UMKM asli Papua.

Presdir Freeport Indonesia juga mengungkapkan, pihaknya juga berencana berinvestasi hingga 20 miliar dolar AS selama 20 tahun ke depan, atau berarti sekitar 1 miliar dolar per tahun, yang juga bertujuan menciptakan dampak berganda di Papua.

Sedangkan Chairman of the Board PT Bosowa Corporindo, Erwin Aksa mengemukakan bahwa kawasan Timur selalu menjadi perhatian pemerintah, baik itu dalam pembangunan infrastruktur hingga pengembangan SDM yang kini kerap digaungkan oleh Presiden Jokowi.

Sebelumnya, Deputi bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Kennedy Simanjuntak menyatakan bahwa pendidikan vokasi digital menjadi salah satu strategi pemerintah dalam meningkatkan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menghadapi pasar ekonomi digital.

Kennedy menilai bahwa jumlah SDM Indonesia yang memiliki keahlian dan keterampilan belum memadai dalam menghadapi era digitalisasi dan revolusi industri 4.0. Oleh karena itu, vokasi menjadi solusi cepat untuk beradaptasi dengan disrupsi era digital.

"Vokasi yang mengarah pada digital yang diharapkan bisa meraup bonus demografi. Kami merancang strategi untuk meningkatkan kapasitas SDM yang siap untuk beradaptasi dengan era disrupsi digital," kata Kennedy pada diskusi FMB di Kementerian Kominfo Jakarta, Jumat (20/12).

Menurut Kennedy, kapasitas infrastruktur Teknologi, Informasi dan Komunikasi (TIK) serta kapasitas SDM masih menjadi tantangan bagi Indonesia dalam menghadapi era digital.

Di sisi lain, proyeksi ekonomi digital cukup cerah, yakni naik tiga kali lipat sejak 2015 sampai 2025. Berdasarkan estimasi FEB UI, kontribusi Tokopedia terhadap perekonomian Indonesia meningkat dari Rp58 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp170 triliun pada 2019.


Baca juga: Pusat pertumbuhan ekonomi diharapkan bermunculan di kawasan timur
Baca juga: BI sebut KTI tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia
Baca juga: Stafsus Presiden: Digitalisasi solusi aksesibilitas Indonesia timur


 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2020