Jakarta (ANTARA) - Sejarawan Indonesia Asep Kambali menilai klaim Toto Santosa yang mengaku sebagai Raja Keraton Agung Sejagat tidak sesuai dengan sejarah.

"Saya perhatikan dari pidatonya sebelum ditangkap polisi, banyak yang disampaikan itu ahistori, tidak sesuai sejarah," kata Asep Kambali yang dihubungi dari Jakarta, Jumat.

Karena itu, Asep menilai perlu dilakukan penelusuran terkait asal usulnya, apakah benar keturunan Majapahit dan Mataram sebagaimana yang disampaikan Toto.

"Kalau betul dia keturunan Majapahit dan Mataram tapi dalam penyampaian berlebihan setidaknya hukumannya tidak memberatkan, tapi kalau ternyata apa yang disampaikan 'ngawur', maka itu penipuan, tidak sesuai dengan fakta sejarah," kata pendiri Komunitas Historia Indonesia itu.

Menurut Asep, jika yang disampaikan Toto merupakan kebohongan hingga akhirnya menimbulkan keresahan masyarakat, maka harus segera ditindak jangan sampai dibiarkan karena bisa "menular".

"Ini seperti menjadi tren, jika dibiarkan nantinya akan muncul lagi orang-orang yang mengaku-aku sebagai keturunan raja," katanya.

Baca juga: Sejarawan perlu dilibatkan-buktikan Keraton Sejagat dan Sunda Empire

Baca juga: Polres Klaten klarifikasi pengikut Keraton Agung Sejagat

Baca juga: Kelompok "Sunda Empire" sempat berkegiatan di UPI Bandung


Setelah muncul Keraton Agung Sejagat di Purworejo Jawa Tengah dan viral di media sosial hingga polisi menahan Toto dan Ratunya Fanni Aminadia, muncul kembali Sunda Empire-Earth Empire di Jawa Barat.

Sebelumnya, Keraton Agung Sejagat mulai dikenal setelah mereka mengadakan kirab budaya pada Jumat (10/1) hingga Minggu (12/1).

Kerajaan tersebut diklaim muncul karena sebuah perjanjian 500 tahun lalu terhitung sejak Kemaharajaan Nusantara mulai menghilang tepatnya pada Imperium Majapahit (1518 sampai 2018).

Dengan berakhirnya perjanjian tersebut berakhir pula dominasi kekuasaan barat mengontrol dunia setelah Perang Dunia II.*

Baca juga: Polisi akan selidiki keberadaan "Sunda Empire" di Bandung

Baca juga: Keberadaan "Sunda Empire" di Bandung sudah diketahui sejak 2018

Baca juga: Setelah "Keraton Sejagat" ada lagi "Sunda Empire" di Bandung

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020