Jakarta (ANTARA News) - Grup band asal Belanda, "Boi Akih" dan kelompok kuartet jazz senior asal Amerika serikat, "Open Hands" meramaikan Jak Jazz 2008 hari kedua dengan ramuan musik jazz yang mengusung unsur-unsur tradisi dalam permainan mereka.

Dalam pementasan di Istora Senayan Jakarta, Sabtu malam (29/11), kedua kelompok ini menjadi bagian penting yang ditunggu-tunggu pengunjung. Apalagi keduanya tampil di panggung utama Jak Jazz 2008.

Open Hands beranggotakan empat musisi jazz senior yang dimotori Abraham Laboriel (bas), dan beranggotakan Greg Mathieson (piano), Bill Maxwell (drum), serta Justo Almario (saksofon).

Mereka telah mengalami pahit manis bermusik jazz selama lebih dari 30 tahun. Sepanjang waktu tersebut Abraham dan kawan-kawannya kerap manggung bersama, namun dalam Jak Jazz 2008 ini mereka baru mengusung nama grup mereka yakni "Open Hands" yang kemudian juga menjadi judul album terbaru mereka.

"Kami mulai berkolaborasi sekitar 30 tahun lalu dan kami sudah menjadi teman sejak dulu. Dalam bermusik kami berusaha profesional dengan memainkan berbagai aliran musik jazz," ujar Abraham.

Dalam penampilan di panggung Jak Jazz, Open Hands mengkolaborasikan unsur tradisi rhythm Amerika Selatan, musik jazz, dan R&B dengan cara unik dan khas. Warna musik yang mereka mainkan sarat pengaruh musik jazz di era 1980an yang kebanyakan membawakan warna fusion dan bossanova.

Sementara itu penampilan yang juga ditunggu banyak pengunjung Jak Jazz adalah suara emas Monica Akihary bersama grup bandnya "Boi Akih" yang tampil bersama pianis Mike Del Ferro. Monica adalah perempuan berdarah Ambon yang lahir dan dibesarkan di Belanda.

Tinggal jauh dair Indonesia tidak membuat Monica melupakan akar budaya tradisi Ambon. Ia menyanyikan kembali beberapa lagu rakyat diantaranya "Waktu Hujan Sore sore", "Hitam Manis", "Nina bobo", dan "Tanase".

"Saya melihat tanggapan penonton sangat bagus, karena itu saya membuat banyak improvisasi agar penonton tidak merasa bosan dengan penampilan saya," katanya.

Selain itu Monica juga membawakan lagu berbahasa Harukunese yang menurut dia adalah bahasa indah yang sangat pas mengekspresikan musik dan emosinya.

Menjelang tengah malam di setiap panggung Jak Jazz tampak semakin banyak penonton berkumpul seperti ketika Daniel Sahuleka (Belanda) tampil solo di Skyline Terrace. Penyanyi dan gitaris berdarah Ambon yang telah lama menetap di Belanda ini menyihir ratusan orang dengan lagu-lagunya seperti "Semarang" dan "You Make My World So Colorful".

Sementara di panggung lainnya penyanyi asal Australia, Michelle Nicolle tampak berdialog intim dengan penonton lewat lagu-lagunya. Ia adalah salah satu dari banyak penyanyi terbaik di Australia dan memiliki ciri khas dengan suara vokal sebagai instrumennya.

Jak Jazz 2008 berlangsung pada 28, 29, 30 November di Istora Senayan, Jakarta. Kegiatan ini mengangkat tema "A Whole Lotta Jazz" yang berarti sebuah tontonan jazz yang menghadirkan musisi dan penyanyi beragam usia, beragam aliran musik jazz.(*)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2008