Tagline dari Malaysia itu cerdas, Malaysia Truly Asia, artinya negara lainnya fake...
Solo (ANTARA) - Pakar linguistik atau bahasa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta Diah Kristina menyatakan narasi promosi wisata harus tepat karena kaitannya dengan mengembangkan pariwisata di dalam negeri.

"Tagline dari Malaysia itu cerdas, Malaysia Truly Asia, artinya negara lainnya fake (palsu). Lalu bagaimana dengan Solo The Spirit of Java? Itu baru dari dalam saja, menjadi spirit orang Jawa. Dari luar orang Jawa belum, apalagi dari orang luar negeri," katanya di Solo, Jawa Tengah, Senin.

Ia mengatakan idealnya narasi promosi berisi ajakan yang bersifat menggerakkan dan mempengaruhi pembaca. Dengan demikian, wisatawan tertarik untuk mengunjungi destinasi wisata yang dipromosikan.

Menurut dia, sejauh ini secara umum banyak kalimat branding yang digunakan untuk mempromosikan wisata di Indonesia. Sayangnya, kata dia, kalimat tersebut masih belum didasarkan pada kajian yang matang.

"Kondisi ini berdampak pada tidak optimalnya promosi wisata," kata dosen Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UNS tersebut.

Oleh karena itu ia menilai seharusnya membuat kalimat branding didasari dengan studi kelayakan. Salah satu yang harus dilihat, kata dia, adalah fokus pengembangan dari objek wisata tersebut.

"Tergantung apa yang dibidik dari objek wisata itu. Misalnya, saat ini anak muda tengah menggandrungi wisata adrenalin. Tentu akan sangat baik mengembangkan wisata yang berkaitan dengan adrenalin," katanya.

Kajian mengenai verbal branding ini membuatnya dikukuhkan sebagai guru besar di UNS. Pada pengukuhan tersebut ia mengangkat judul mengenai "Penciptaan Verbal Branding Produk Jasa Berspektif English For Specific Purpose (ESP)".

Baca juga: Milenial Pariaman dilatih buat konten kreatif untuk promosi wisata

Baca juga: Promosi wisata daerah tertinggal efektif dengan digitalisasi

 

Pewarta: Aris Wasita
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020