"Diduga dari keretakan itulah, sehingga air masuk sampai ke geladak (ruang penumpang)," kata Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli pada KSOP Kelas III Tarakan, Syahruddin, di Tarakan, Selasa.
Tarakan (ANTARA) - Petugas Marine Inspector Kantor Kesyahbandaraan Otoritas Pelabuhan (KSOP) III Tarakan, Kalimantan Utara menemukan adanya retakan sepanjang 40 sentimeter di bagian bawah sebelah kanan tengah Kapal Malinau Expres IX GT 17.

"Diduga dari keretakan itulah, sehingga air masuk sampai ke geladak (ruang penumpang)," kata Kasi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli pada KSOP Kelas III Tarakan, Syahruddin, di Tarakan, Selasa.

Kapal SB Malinau Expres IX GT 17 dengan nakhoda Asriadi dan dua anak buah kapal (ABK) Darwin dan Abdullah, tujuan Malinau-Tarakan, Senin (20/1), mengalami kecelakaan laut.
Baca juga: Speedboat angkut 29 penumpang terbalik di Malinau

Sekitar pukul 14.30 WITA di daerah Tanjung Tiram, Kabupaten Tana Tidung, kapal tiba-tiba terkena hantaman kayu yang timbul tenggelam namun tidak ada tanda-tanda keretakan atau air yang masuk ke dalam kapal.

"Dalam keterangan nakhoda bahwa dirinya sudah mengarungi Tarakan-Malinau selama kurang lebih 10 tahun," kata Syahruddin.

Salah satu yang dikhawatirkan oleh setiap nakhoda yaitu kayu atau batang yang terkadang timbul atau tenggelam, mengingat tidak bisa memprediksi kapan kayu atau batang itu muncul.

"Untuk sementara kapal tidak dapat beroperasi dan diinstruksikan untuk segera dilakukan perbaikan, agar aspek laik laut terpenuhi baik secara fisik maupun administrasi," katanya lagi.
Baca juga: Kapal Malinau Expres IX alami kecelakaan

Setelah perbaikan, diharapkan kapal itu dapat kembali melayari jalur Tarakan-Malinau untuk mengangkut dan melayani masyarakat yang akan bepergian dengan menggunakan transportasi laut.

Sejauh ini dari tim pemeriksa kecelakaan kapal KSOP Kelas III Tarakan belum menemukan adanya kelalaian nakhoda dalam standar profesional untuk membawa kapal, ini murni musibah yang menurut sang nakhoda di luar dari kemampuannya untuk memantau batang kayu yang timbul tenggelam sehingga dapat membahayakan kapal.

"Kami selalu berpesan kepada setiap awak kapal khususnya nakhoda agar lebih berhati-hati lagi, lebih jeli lagi terhadap benda-benda yang berada di sekeliling kapalnya yang dapat mengancam keselamatan kapal dan penumpang," kata Syahruddin.

Dia menjelaskan bahwa dari keterangan nakhoda karena mengkhawatirkan hal-hal yang tidak diinginkan nakhoda sigap langsung ke tepi sungai untuk tindakan penyelamatan, setelah itu meminta bantuan.
Baca juga: Kecelakaan kapal cepat di Kalimantan Utara, lima tewas

Pewarta: Susylo Asmalyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020