Jakarta (ANTARA) - Uni sepak bola global FIFPro menyatakan akan mendukung pesepak bola manapun yang tak menggubris larangan menyampaikan protes dan pernyataan politis yang dikeluarkan Komite Olimpiade Internasional (IOC) selama Olimpiade Tokyo tahun ini.

Menyebut larangan itu hipokrit, Sekretaris Jenderal FIFPro Jonas Baer-Hoffmann menyatakan para pemain sepak bola memainkan peran penting dalam berbagai isu seperti rasisme dan kesetaraan gender. Oleh karena itu sungguh tak bisa diterima jika harus memberi sanksi mereka untuk aksi yang sama selama turnamen sepak bola Olimpiade.

IOC berkata belum lama bulan ini bahwa para atlet dilarang menyampaikan pernyataan atau protes politik selama Olimpiade atau upacara penyerahan medali "untuk menghindarkan Olimpiade sebagai alat politik."

Dokumen IOC mengurutkan aksi apa saja yang dilarang, yakni "setiap pesan politik termasuk isyarat atau ban lengan, gestur untuk tujuan politik, seperti gerakan tangan atau berlutut, menolak mengikuti protokol upacara medali."

Namun demikian atlet masih dibolehkan menyampaikan pandangannya dalam konferensi pers dan di media sosial.

"Kami sangat merasa kebebasan berbicara pemain dan kebebasan berekspresi mereka dalam masalah-masalah politik perlu dilindungi," kata Baer-Hoffmann kepada wartawan kantor berita-kantor berita internasional dalam konferensi ILO mengenai hak-hak atlet.

'Kami sudah pasti mendukung setiap pemain yang merasa mereka ingin mengungkapkan pandangan dan mereka ingin menjadi bagian dari gerakan sosial untuk perubahan. Jika IOC memutuskan untuk mendisiplinkan pemain-pemain ini, kami sudah tentu akan bersama mereka untuk membela mereka," sambung dia seperti dikutip Reuters.

Megan Rapinoe, bintang sepak bola putri Amerika Serikat yang terkenal kritis juga mengkritik larangan itu dan bersumpah bahwa dia tidak akan bungkam.

Baer-Hoffmann menyatakan banyak masalah yang terangkat ke permukaan berkat suara atlet.

"Berkat orang-orang seperti (penyerang Manchester City dan timnas Inggris) Raheem Sterling, orang seperti (bek Napoli dan Senegal) Kalidou Koulibaly atau (penyerang Brescia dan Italia) Mario Balotelli yang membuat masalah-masalah terangkat," kata dia.

"Sekarang kita menghadapi aturan hipokrit yang menyatakan jika Anda melakukan hal itu di venue-venue kami, maka kami kira ini pelanggaran berbuah sanksi. Ini sama sekali tak bisa diterima."

"Atlet juga manusia dan mereka punya hak yang sama dalam mengekspresikan dirinya dan kami akan membela hak-hak itu seandainya dorongan menjadi paksaan," tutup Baer-Hoffmann.

Baca juga: Korsel, Arab Saudi lolos kualifikasi sepak bola Olimpiade Tokyo

Baca juga: Tempat tidur atlet Olimpiade 2020 Tokyo dibuat dari kardus


 

Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Aris Budiman
Copyright © ANTARA 2020