Probolinggo, Jawa Timur (ANTARA) - Suasana di Lantai 2, Gang A, Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, pada Senin malam (20/1/2020) ramai.

Santri di pesantren yang didirikan KH Zaini Mun'im itu juga beda dari malam-malam biasanya. Pada malam hari biasanya santri mengenakan sarung, saat itu mereka mengenakan seragam sekolah Madrasah Tsanawiyah (setingkat SLTP), yakni kemeja putih dan celana atau rok panjang warna biru.

Ditingkahi bunyi musik hadrah dari lantai dasar, dimana santri latihan menabuh musik yang identik dengan budaya Islam dan pesantren itu, dari lantai 2 bangunan itu sayup-sayup terdengar adanya penghitungan suara dari hasil pemilihan.

"Kami persilakan presiden dan wapres terpilih untuk maju ke depan," demikian bunyi pengumuman dari salah seorang santri yang berkumpul itu.

Baca juga: Khofifah: Hari Santri wujud dedikasi untuk perdamaian dunia

Empat orang santri yang mengenakan seragam MTs maju untuk didaulat menyampaikan sambutan atas terpilihnya mereka sebagai presiden dan wapres di Badan Pembinaan Khusus (BPK) Pondok Pesantren Nurul Jadid yang terdiri atas BPK Bahasa Arab dan BPK Bahasa Inggris.

Rupanya malam itu sedang ada pemilihan umum untuk menentukan presiden dan wakil presiden BPK Inggris dan BPK Arab. Sisa-sisa pemilu a'la santri itu mirip dengan pemilu sesungguhnya masih terlihat dengan adanya poster-poster pasangan capres/cawapres yang diikat dengan benang dan menggantung di teras lantai 2 gang A, salah satu ponpes terkemuka di Tanah Air itu.

Poster itu juga menggambarkan dari partai apa para kandidat itu menggunakan kendaraan "politik" untuk maju dalam pemilu.

Malam itu diumumkan bahwa untuk BPK Inggris, yang terpilih sebagai presiden dan wakil presiden adalah pasangan Ahmad Aqil Al Adha dengan Muzakki. Pasangan itu berangkat dari Partai Kebangkitan Para Santri (PKS) mengungguli pesaingnya pasangan Fahmi dengan Daniel.

Baca juga: PBNU: Pendidikan pesantren lebih unggul

Sementara untuk BPK Arab terpilih pasangan Muhammad Sonhaji dengan Hilmi mengalahkan pasangan Ahmad Ilhaq Aditya dengan Fauzan.

Ahmad Aqil, santri kelas 2 MTs Nurul Jadid yang berasal dari Bondowoso itu menyampaikan ucapan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk memimpin BPK Inggris periode 2020-2021.

"Terima kasih kepada teman-teman, para wali asuh, dan tim sukses yang telah bekerja selama ini. Kami akan bekerja keras untuk memajukan BPK ini ke depan. Kami butuh dukungan dari semuanya. Juga kami butuh kritik agar kami bisa bekerja secara baik," kata putera kedua dari tiga bersaudara ini saat didaulat memberikan sambutan seusai terpilih.

Ia menegaskan, sesuai program dan visi serta misi yang disampaikan saat kampanye pemilihan, ia bersama wapres terpilihan dan kabinet yang akan disusunnya nanti berupaya untuk memperhatikan semua potensi yang dimiliki masing-masing santri di BPK Inggris.

"Misalnya ada warga BPK yang tidak punya bakat untuk berbicara di depan umum, kami arahkan ke kemampuan lainnya, misalnya menulis atau mendalami tata bahasa dalam bahasa Inggris. Sebaliknya, mereka yang punya bakat bicara di depan umum, kami bina juga," katanya.

Ia menjelaskan bahwa di BPK Inggris ada tradisi menulis opini yang kemudian didiskusikan bersama. Diskusi hasil karya opini dilaksanakan setiap pekan sekali, sedangkan yang ingin menekuni kemampuan berbicara di depan umum, hampir setiap malam diadakan latihan pidato dan bercerita di depan santri lainnya.

Mengenai pengawasan penggunaan bahasa asing terhadap santri baru, Aqil mengatakan bahwa biasanya akan muncul protes atau ketidakpuasan dari santri yang diawasi itu. Karena itu pihaknya akan berupaya melakukan pendekatan kepada mereka bahwa semua itu diterapkan untuk kepentingan mereka sendiri agar kelak mampu memiliki kemampuan berbahasa asing.

BPK sendiri merupakan program unggulan bagi santri yang masih mengenyam pendidikan madrasah tsanawiyah setingkat SMP. Selain mendalami kitab-kitab khas pesantren, santri BPK juga digembleng untuk menguasai bahasa asing dengan pilihan Arab dan Inggris. Sehingga bahasa sehari-hari yang mereka gunakan sesuai dengan pilihannya, yakni Arab atau Inggris.

Bagi mereka yang melanggar ketentuan berbahasa asing itu akan dicatat sebagai pelanggaran dan jika memenuhi limit maksimal setiap bulan akan dikenai sanksi, baik peringatan maupun hukuman lainnya. Penggunaan bahasa asing itu adalah salah satu yang menjadi poin penilaian, selain mengenai peribadatan, seperti sholat wajib berjamaah dan sejumlah shalat sunnah, seperti tahajjud dan duha.

Mengenai pemilihan pemimpin yang beberapa identitasnya mengadopsi praktik politik praktis, seolah-olah lembaga pendidikan keislaman itu ingin mengajarkan tentang politik sejak dini kepada santri, mendapat tanggapan dari pemimpin pesantren.

Hal itu dijelaskan Kepala Pesantren Nurul Jadid, KH Abdul Hamid Wahid, lembaga yang dia pimpin memang membiasakan pemilihan pemimpin organisasi, baik untuk ketua OSIS maupun presiden di BPK dengan cara pemilihan langsung yang mirip dengan tradisi pemilu sesungguhnya.

"Hal ini untuk membiasakan siswa dengan tradisi demokrasi sehingga mereka mulai mengenal dan memahami praktik dan tradisi pemilihan umum sejak dini, sejak mereka di bangku sekolah. Ini adalah bagian dari sendi doktrin dasar pesantren tentang pancakesadaran, yang di antaranya adalah kesadaran bermasyarakat, kesadaran berbangsa dan bernegara, serta kesadaran berorganisasi," kata mantan anggota DPR itu.

Cucu dari KH Zaini Mun'im ini mengatakan mereka memberi pemahaman tentang tugas mulia politik terlebih dahulu. Bahwa politik adalah perangkat kenegaraan untuk pembentukan kepemimpinan dan perwakilan.

"Bahwa ada praktik yang menyimpang dari realitas politik saat ini, itu adalah bagian dari proses penanaman pemahaman tentang penyimpangan yang terjadi dalam praktik yang memerlukan sentuhan kesadaran untuk melakukan perbaikan," katanya.

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2020