Kalau bicara kesulitan sudah tidak ada lagi
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Amerika Serikat Joseph Stiglitz dalam sejumlah kesempatan memperingatkan bahwa tingkat ketimpangan ekonomi yang tinggi berpotensi mengarah kepada ketidakseimbangan kekuatan politik.

Menurut peraih Nobel bidang ekonomi tahun 2001 itu, bila terjadi ketimpangan ekonomi yang tinggi maka mereka yang berada di atas, atau kaum elite, bisa semaunya membentuk dunia perpolitikan hanya untuk menambah kekuatan ekonomi mereka.

Telah banyak kajian yang menunjukkan bahwa ketimpangan akan berdampak negatif terhadap keberlangsungan dan stabilitas suatu negara atau wilayah atau daerah.

Untuk itu, penting bagi berbagai pihak di Tanah Air menyadari bahwa merupakan hal yang esensial agar ketimpangan itu dapat diatasi dengan kebijakan yang tepat.

Di Indonesia, telah lama dikenal bahwa kinerja perekonomian lebih banyak didominasi di Pulau Jawa, yang mengakibatkan berbagai pemerintahan fokus untuk terus membangun kawasan di luar Jawa, seperti di wilayah Indonesia timur.

Dalam Seminar bertajuk Bulding Eastern Indonesia: No One Left Behind yang digelar di Jakarta, Jumat (17/1), salah satu pembicara yaitu Chairman of the Board PT Bosowa Corporindo, Erwin Aksa mengharapkan pusat pertumbuhan ekonomi nasional pada masa mendatang akan muncul di kawasan timur Indonesia.

Menurut Erwin Aksa, saat ini program penggalakan infrastruktur yang telah dilakukan juga telah membuat berbagai pihak melirik Indonesia bagian timur untuk berinvestasi di sana.

Untuk itu, ujar Erwin, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) itu, sangat dipentingkan pula melakukan berbagai hal termasuk mengembangkan SDM.

Di samping itu, seminar tersebut juga menekankan pentingnya pembangunan di Indonesia timur dilakukan dengan selalu memberdayakan sumber daya lokal karena sebenarnya berbagai elemen telah lengkap tersedia di kawasan tersebut.

Pembicara lain, President Director PT Wijaya Karya, Tumiyana menyatakan, pihaknya selalu mengembangkan sumber daya lokal di Indonesia timur.

Menurut Tumiyana, komponen impor dari setiap pembangunan yang dilakukan pihaknya di kawasan Indonesia timur selalu tidak lebih dari 15 persen.

Dengan demikian, lanjutnya, maka sekitar 85 persen dari komponen pembangunan infrastruktur di Indonesia Timur selalu berasal dari sumber daya lokal.

Baca juga: PKH perlu program lain untuk atasi ketimpangan


Tidak Sulit

Tumiyana juga menampik anggapan yang beranggapan bahwa membangun di kawasan timur itu sulit, karena sebenarnya selalu ada solusi terhadap berbagai permasalahan yang ada.

"Kalau bicara kesulitan sudah tidak ada lagi (dalam membangun di Indonesia timur)," katanya dan mencontohkan, pembangunan Jembatan Holtenkamp di Papua dapat berlangsung hingga terwujud.

Senada, President Director PT Freeport Indonesia Tony Wenas menyatakan bahwa Freeport juga telah banyak melakukan pembangunan infrastruktur di Mimika, Papua, mulai dari bandara, akses konektivitas hingga pembuatan kompleks olahraga stadion atletik bertaraf internasional di sana.

Tony mengungkapkan pembuatan kompleks olahraga yang menghabiskan anggaran sekitar Rp400 miliar itu rencananya diserahkan pengelolaannya ke pemerintah untuk penyelenggaraan PON 2020.

Ia menyatakan pembangunan di kawasan timur perlu mengutamakan dampak berganda terhadap perekonomian di sana.

Freeport, menurut Tony Wenas, telah melakukan hal itu antara lain dengan berkontribusi hingga sekitar 48 persen dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Papua, hingga menciptakan sekitar 200 pengusaha UMKM asli Papua.

Presdir Freeport Indonesia juga mengungkapkan, pihaknya juga berencana berinvestasi hingga 20 miliar dolar AS selama 20 tahun ke depan, atau berarti sekitar 1 miliar dolar AS per tahun, yang juga bertujuan menciptakan dampak berganda di Papua.

PT Freeport Indonesia juga telah bekerja sama dengan berbagai pihak sebagai upaya menarik orang Papua yang studi di luar negeri, setelah lulus, mereka dapat kembali bekerja di tambang Freeport sekaligus membangun Papua.

Tony memaparkan, pihaknya baru saja bekerja sama dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles, California, Amerika Serikat.

Kerja sama itu, ujar dia, adalah dengan mengumpulkan sekitar 300 putra-putri Papua yang sedang belajar di negeri Paman Sam itu, dan melakukan wawancara untuk posisi di Freeport.

Freeport, masih menurut Tony, juga memiliki semacam Balai Latihan Kerja yang menghasilkan lulusan di mana sebagian besar diserap oleh Freeport, sedangkan sebagian lainnya bekerja di tambang lainnya.

Ia juga mengemukakan bahwa sekitar 98 persen dari tenaga kerja di Freeport adalah warga negara Indonesia.

Baca juga: Pentingnya mengatasi ketimpangan di tengah ketidakpastian global


Nikel

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Indonesia (Kadin) Erwin Aksa mengemukakan bahwa salah satu jenis usaha yang sedang naik daun di kawasan Indonesia timur adalah bisnis nikel, yang merupakan mineral yang sangat bermanfaat guna pembuatan baterai dan berbagai jenis barang kebutuhan sehari-hari.

Menurut Erwin Aksa, investasi terbesar dari mineral nikel ada di Timur, seperti di Sulawesi, Maluku, hingga ke Papua.

Apalagi, ia menyebutkan bahwa Indonesia adalah produsen ferronikel terbesar, yang juga terbantu dengan kebijakan pelarangan ekspor nikel.

Mineral tersebut, lanjutnya, sangat bermanfaat untuk manufaktur industri baterai guna dipakai untuk kepentingan seperti mobil listrik.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato kunci dalam Abu Dhabi Sustainability Week (ADSB) 2020 mengangkat isu soal nikel Indonesia yang berkontribusi besar dalam industri baterai litium untuk ponsel.

“Saya akan memulai, berbagi dengan Anda, sejumlah prediksi dalam 10 tahun, banyak di antara Anda akan membawa sebagian kecil dari Indonesia dalam kantong atau tas Anda, setiap hari. Pikirkan sebentar, tentang ponsel pintar Anda,” kata Presiden Joko Widodo dalam pidato kuncinya di Abu Dhabi Sustainability Week (ADSW) 2020 di Abu Dhabi National Exhibition Center (ADNEC), Senin (13/1).

Presiden Jokowi yang menjadi satu-satunya kepala negara yang memberikan pidato kunci dalam acara itu mengajak audiens untuk membayangkan baterai lithium-ion yang terbuat dari nikel.

Ia mengatakan sekitar 50 persen baterai lithium-ion terbuat dari nikel.

"Sementara Indonesia merupakan produsen nikel terbesar di dunia, baterai lithium-ion di dalam ponsel pintar Anda boleh jadi mengandung nikel dari Indonesia," kata Jokowi.

Maka kata dia, dalam 10 tahun setiap waktu siapa saja melihat ponsel pintar mereka mungkin saja akan mengingatkan bagian kecil dari mineral Indonesia.

Ia menekankan peran Indonesia dalam memasok dunia dengan nikel sebagai bagian dari kontribusi negara terhadap masa depan energi dalam hal ini masa depan penyediaan energi.

Bila ke depannya Indonesia dapat mendominasi pasokan nikel yang bernilai tambah kepada kalangan global, dan hal tersebut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia Timur, maka permasalahan ketimpangan yang kerap menghantui Nusantara bisa turut tertuntaskan pula.

Baca juga: Ekonom sebut pemindahan ibu kota ke Kaltim akan kurangi ketimpangan

 

Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020