Sajian paket komplit
Nirina Zubir dan Cut Mini berpose saat jumpa pers dan penayangan dua episode pertama "Saiyo Sakato" di Jakarta, Jumat (24/1/2020). (ANTARA/Arnidhya Nur Zhafira)


Membuat film drama yang berpusat pada keluarga bukanlah hal yang baru bagi Gina S Noer. Mulai dari "Keluarga Cemara" (2018), "Dua Garis Biru" (2019), hingga serial "Saiyo Sakato" (2020), semuanya adalah drama mengenai dinamika dalam sebuah keluarga.

Gina sendiri dikenal mampu menyuguhkan kisah keluarga secara hangat, walaupun memiliki isu sensitif yang diangkat. Pun dengan "Saiyo Sakato" yang mengangkat isu poligami yang melibatkan dua keluarga dari satu lelaki yang sama.

Di tangannya, didukung dengan kolaborasi sineas-sineas muda lainnya seperti Aditya Ahmad sebagai sutradara, bisa mengangkat isu yang cukup "pedas" ini dengan pendekatan yang ringan, tanpa lupa mengajak penonton untuk peduli dengan isu tersebut.

Gina maupun showrunner yang terlibat dalam serial tersebut sadar bahwa topik poligami merupakan hal yang jarang dibicarakan secara gamblang, walaupun sebenarnya isu tersebut dekat di kehidupan sekitar kita.

Dengan membalut kisah poligami yang sarat akan pandangan negatif bersama dengan pendekatan kultur Minang yang identik dengan watak tegasnya, rupanya menjadi paduan rasa yang unik bagi penonton.

Ditambah dengan gaya penceritaan yang mengajak penonton untuk berinteraksi secara tak langsung, selain menyegarkan dari sisi pengalaman, juga menggugah penonton untuk lebih dekat dengan tiap karakter dan kisahnya.

Drama keluarga ini juga dibumbui dengan aksi dan guyonan "gurih" yang tidak mengganggu jalannya cerita, karena memiliki porsi yang pas dan tidak berlebihan, seakan-akan kejutan itu hadir secara natural, dan melengkapi sajian audio-visual ini.

Baca juga: Nirina Zubir harus menahan diri berbahasa Minang di "Saiyo Sakato"

Baca juga: Cut Mini terenyuh bisa tampil lagi di drama seri

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020