Berawal dari kesehatan

Distributor film Gayatri Nadya memulai gaya hidup zero waste dengan alasan ingin lebih mencintai tubuh lewat produk-produk alami.

Tiga tahun lalu, Nana -- sapaan akrabnya-- memutuskan mencari produk deodoran dan pasta gigi dari bahan alami untuk merayakan usia yang sudah menginjak kepala tiga. Sebisa mungkin dia tidak mau memasukkan bahan-bahan kimia yang mungkin berakibat buruk untuk tubuh. Solusinya, mencari produk perawatan dari bahan alami yang aman untuk kesehatan.

"Awalnya hanya lebih concern apa yang saya pakai. Saat sedang riset, saya jadi baca-baca yang lain. Dan produk natural itu sebenarnya simpel, enggak terlalu macam-macam, misalnya perusahaan yang mengurangi kemasan, jadi saya sekalian saja melakukan itu," kata Nana pada ANTARA.

Dia membeli pasta gigi dan deodoran bentuk krim dalam jumlah besar, setelah mendapatkan produk yang cocok, hanya dua kali dalam setahun.

"Saya beli odol kiloan enam bulan sekali, setengah kilogram. Satu wadah deodoran ukuran 200 ml bisa dipakai sampai tiga-empat bulan," kata dia.

Baca juga: Bayang-bayang bencana di balik anomali iklim Indonesia

Baca juga: Ini krisis iklim!
Ilustrasi pasta gigi organik (Shutterstock)


Nana berusaha tidak memakai plastik bila ada wadah penggantinya di rumah. Dia mengucapkan selamat tinggal pada sedotan plastik, mengeluarkan kembali rantang untuk membeli makanan, hingga membawa botol minuman untuk jajan di kedai kopi.

Merepotkan? Memang tidak terlalu praktis karena dia harus membawa tempat minum dan makan sendiri setiap hari. Tapi semua lebih mudah bila sudah ada perencanaan setiap hari.

"Saya tiap hari kalau keluar rumah harus bawa satu tumblr air putih, sama tumblr untuk kopi atau minuman kalau saya tahu kegiatan akan berlangsung lama," jelas dia.

"Lalu bawa tempat makan karena mungkin bukan cuma makan siang, tapi akan jajan yang lain, mungkin gorengan atau jajanan di mal. Jadi jajanannya ditaruh di tempat makan. Terbantu sekali kalau kita merencanakan hari ini mau ngapain saja," ujar dia.

Sama halnya dengan berbelanja ke pasar. Dengan merencanakan bahan apa saja yang akan dibeli, dia bisa menyiapkan wadah yang diperlukan untuk dibawa.

"Ketika mau belanja mingguan, sudah tahu mau beli apa saja. Jangan takut untuk nanya apakah bisa pakai wadah kita sendiri, bukan di plastik," ujar dia.

Nana biasanya berbelanja di pasar tradisional yang menjual barang-barang dalam bentuk curah. Dia berpendapat bulk store yang mulai bermunculan di Jakarta tak berbeda dengan pasar.

Baca juga: "Sustainable living", tren ramah lingkungan yang diminati di 2019

Baca juga: Ketika sampah "disulap" menjadi ongkos naik haji

 

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020