Bandung (ANTARA) - Wakil Ketua Tim Khusus Infeksi Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat, Anggraeni Alam mengatakan organisasi kesehatan dunia atau WHO menyampaikan informasi terbaru bahwa virus tersebut tidak ditularkan oleh hewan peliharaan.

"Masyarakat diminta tidak khawatir dengan isu yang menyatakan bahwa virus corona bisa menular melalui hewan peliharaan," kata Anggraeni Alam, dalam acara Jabar Punya Informasi atau Japri di Lobi Museum Gedung Sate Bandung, Jumat.

Anggraeni menuturkan berdasarkan informasi dari World Health Organization atau WHO yang diterimanya pagi tadi dinyatakan bahwa virus tersebut tidak menular lewat hewan peliharaan.

Selama ini jarak antara manusia dengan hewan semakin dekat dan juga peredaran hewan peliharaan yang semakin cepat di zaman serba modern ini.

"Kita saat ini memang semakin borderless (tanpa batas), transportasi sudah bukan main. Antara hewan dan manusia semakin dekat," katanya.

Dia mengatakan selama ini hanya ada dugaan-dugaan sumber penularan virus ini dari ular atau kelelawar dan muncul beberapa keraguan dalam beberapa penelitian lanjutannya karena biasanya virus disebarkan oleh burung.

Baca juga: Pasien dalam pengawasan terkait infeksi corona di Jabar berkurang

Baca juga: Disparbud Jabar minta pelaku pariwisata waspada virus corona

Baca juga: Ridwan Kamil: Jabar waspada dan siaga virus corona


Dia mengatakan memang dengan berbagai informasi yang beredar mengenai virus ini, masyarakat banyak yang jadi panik.

Selain itu tidak sedikit warga yang cuma mengalami batuk dan pilek setelah mengunjungi Singapura, Hongkong, atau negara lainnya yang terpapar virus tersebut, lalu merasa terkena virus corona.

"Mayoritas karena kekhawatiran. Mereka menyatakan pada November, Oktober, dan bulan kapan, dari kota ini dan itu, merasa harus diperiksa, khawatir terkena virus corona," katanya.

Lebih lanjut ia mengatakan empat tingkatan atau kasus mengenai pendeteksian virus ini pertama adalah kasus dalam pemantauan.

Yang dimaksud dengan pemantauan ialah orang yang kurang dari 14 hari mengunjungi negara-negara yang terkonfirmasi terjadi kasus virus corona dan mengalami sejumlah gejala seperti batuk, pilek, dan demam, tapi tidak mengalami pnemonia atau sesak napas dan perburukan kondisi yang cepat.

Baca juga: DPRD Jabar prihatin kasus pasien terduga virus corona di RSHS Bandung

Baca juga: Dinkes: Tak ada laporan virus corona di Jabar

Baca juga: Pemindai suhu tubuh untuk antisipasi virus corona dipasang di Sumsel


Status yang kedua adalah kasus orang dalam pengawasan, yakni orang yang kurang dari 14 hari mengunjungi negara-negara yang terkonfirmasi terjadi kasus virus corona dan mengalami batuk, pilek, dan demam serta mengalami pnemonia atau sesak napas dan perburukan kondisi yang cepat.

Status yang ketiga adalah kasus probabel, yakni yang mengalami gejala-gejala corona virus dan diperiksa untuk kasus tersebut, tapi tidak dapat disimpulkan positif coronavirus, dengan kata lain terkonfirmasi positif pan-coronavirus atau beta coronavirus.

"Dan yang terakhir atau keempat adalah Kasus Konfirmasi yakni orang yang positif terkena coronavirus dari hasil laboratorium," katanya.

"Saat ini banyak yang kriterianya panik, bukan keempat kasus ini. Bukan 14 hari mengunjungi Cina atau negara yang terkonfirmasi ada pasien positif, namun yang ke Cina atau Hong Kong atau Singapura pada November dan Oktober juga panik," kata dia.*

Baca juga: Tiket pulang mahasiswa dari China siap ditanggung Pemerintah Aceh

Baca juga: Rajawali Nusindo ekspor tiga juta masker ke China

Baca juga: Airin: Sosialisasi penanganan virus corona jangan buat warga cemas

Pewarta: Ajat Sudrajat
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020