Jakarta (ANTARA) - Polemik yang terjadi di induk organisasi tenis meja Indonesia masuk tujuh tahun delapan bulan dan kondisi ini menjadi perhatian para pemerhati olahraga yang juga bernama pingpong itu untuk berkirim surat ke Presiden Joko Widodo.

"Surat terbuka kepada presiden sudah kami kirim per 28 Januari. Informasi yang kami dapat, surat sudah ada di meja presiden," kata salah satu pemerhati tenis meja Indonesia Singgih Yehezkiel di Jakarta, Jumat.

Nama Singgih Yehezkiel di tenis meja Indonesia sudah tidak asing lagi karena menjadi Direktur Silatama pada 1999-2001. Silatama merupakan ajang kompetisi bagi atlet tenis meja Indonesia, namun sayang saat ini sudah tidak terlaksana.

Baca juga: PP PTMSI kejar peningkatan kualitas atlet junior

Sementara induk organisasi tenis meja Indonesia saat ini ada tiga, yaitu Pengurus Pusat Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PP PTMSI) pimpinan Oegroseno dan dua Pengurus Besar (PB PTMSI) pimpinan Lukman Edi dan Peter Layardi.

Dengan adanya tiga kepengurusan, Singgih menegaskan atlet yang menjadi korban. Untuk itu ia merasa terpanggil demi peningkatan kembali prestasi tenis meja Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir terpuruk. Bahkan, pada SEA Games 2019 dan di PON 2020 Papua tidak dipertandingkan.

"Harapan kami surat terbuka ditanggapi oleh presiden, karena kalau tidak secepatnya diselesaikan akan mengganggu pembinaan dan berdampak pada kemunduran," katanya.

Baca juga: Atlet dorong pemerintah bekukan PP dan PB PTMSI

"Ini kami lalukan atas dasar cinta pada tenis meja. Yang jelas kami akan memfasilitasi tiga induk organisasi untuk bertemu dan duduk bareng membahas permasalahan yang ada," tutur Singgih.
Pemerhati tenis meja Indonesia Singgih Yehezkiel (kedua dari kiri) memberikan keterangan terkait surat terbuka untuk presiden terkait polemik induk organisasi tenis meja Indonesia di Jakarta, Jumat (31/1/2020). ANTARA/Bayu Kuncahyo

Pihaknya ingin permasalahan yang terjadi di induk organisasi tenis meja tuntas. Dengan duduk bareng diharapkan terjadi titik temu. Terkait dengan pemilihan kepengurusan baru diharapkan diputuskan melalui musyawarah nasional (munas).

Pernyataan berbeda disampaikan pemain tenis meja nasional Yon Mardiono. Salah satu pemain senior itu berharap pemerintah dalam hal ini Kemenpora bertindak tegas seperti membekukan PSSI saat terjadi dualisme kepemimpinan.

Baca juga: Lukman Edy ambil alih posisi ketum PTMSI

"Pemerintah harus ambil alih permasalahan ini. Dibekukan dulu lalu bikin munas. Biar atlet tidak terhukum dengan tigalisme ini. Pemerintah harus tegas karena hanya pemerintah yang bisa menyelesaikan masalah ini," katanya saat dikonfirmasi.

Dengan adanya polemik, Yon mengaku banyak atlet yang mulai gamang karena serba salah. Untuk mengisi kekosongan hanya mengandalkan kejuaraan yang digelar pihak swasta, karena kejuaraan nasional yang merupakan indikator perkembangan atlet tidak terlaksana.

Selain Singgih Yehezkiel dan Yon Mardiono, pemerhati tenis meja yang berharap polemik di induk organisasi tenis meja Indonesia beres adalah Irianto, Johny Latuheru hingga mantan atlet nasional yang saat ini masih aktif, Ling Ling Agustin.

"Tanggal 6 Januari lalu saya bersama dengan teman-teman pemerhati tenis meja juga sudah melakukan audiensi dengan Ketua KONI Pusat Marciano Norman. Pada intinya Pak Marciano berharap segera dituntaskan," katanya saat dikonfirmasi.

Baca juga: PTMSI bentuk badan kompetisi demi regenerasi atlet
Baca juga: Tim tenis meja bakal diuji di Kejuaraan Dunia


Pewarta: Bayu Kuncahyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020