Pemerintah menyadari betul, keunggulan aksesibilitas dan konektivitas menjadi nilai lebih bagi kawasan ini
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah sedang menggenjot pengembangan kawasan industri di Bintan, Kepulauan Riau, yang berdasarkan tiga sektor utama yakni pariwisata, perindustrian dan pardagangan karena didukung akses dan lokasi yang strategis.

"Pemerintah menyadari betul, keunggulan aksesibilitas dan konektivitas menjadi nilai lebih bagi kawasan ini," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.

Ketika meninjau kawasan Bintan Industrial Estate (BIE), Kepulauan Riau, Menko Perekonomian menjelaskan kawasan itu berada di lokasi startegis karena terletak di wilayah perbatasan dalam kawasan ASEAN dan Sabuk Ekonomi Asia Pasifik (APEC).

Dalam hal industri, BIE ditargetkan akan diisi sebanyak 16 pelaku usaha atau tenant dengan total menyerap 4.242 tenaga kerja.

Industri yang akan dibangun di sini adalah Bintan Offshore Marine Center (BOMC) yang menyediakan jasa layanan kelautan, kemudian Bintan Aviation Investment (BAI) yang berfokus untuk pembangunan bandara, aerospace park, dan fasilitas perbaikan dan perawatan (MRO).

Halal Hub, kata dia, juga dikembangkan sebagai kawasan industri halal dan makanan halal. Sementara itu untuk mendukung industri di kawasan, akan didirikan logistics hub untuk usaha e-commerce.

Lahan yang dipergunakan untuk Bandara Internasional Bintan sekitar 800 hektare dan Kawasan Terpadu Industri Kedirgantaraan seluas sekitar 500 hektare merupakan bagian kawasan perdagangan bebas (FTZ) dan sepenuhnya dimiliki oleh pihak swasta yang menginisiasi proyek.

Pengelolaan lahan tersebut juga dijalankan oleh pihak swasta dan secara terintegrasi dengan kawasan BIE.

Sampai saat ini, pembebasan lahan sudah mencapai 80 persen termasuk fasilitas MRO Fase 1 yang pada awal tahun 2021 ditargetkan pembangunan landasan pacu sudah selesai.

"Nilai investasi yang diperkirakan untuk Bandara Internasional Bintan Fase 1 adalah 150 juta dolar AS dan Aerospace Industry Park sebesar 700 juta dolar AS," ungkap Menko Airlangga.

Kawasan BIE sudah memiliki fasilitas kepabeanan, Imigrasi dan Karantina serta dinyatakan sebagai Kawasan Obyek Vital.

Selain itu, juga sudah memiliki akses jalan yang baik dan minim kemacetan, terminal penumpang dan barang, serta mempunyai layanan feri langsung ke Singapura.

Di kawasan itu juga sudah ada Water Treatment Plant (WTP) dengan kapasitas produksi 5.000 m3 per hari, pembangkit listrik sebesar 21 MW ditambah dua kali 15 MW menggunakan tenaga batu bara yang sedang dibangun.

Kemudian, jaringan telekomunikasi fiber optik, sistem pengelolaan limbah untuk kapasitas 13 ribu orang, stasiun dan peralatan pemadam kebakaran yang lengkap.

Tahun 2020, target wisatawan asing ke Bintan sebesar 900 ribu atau 5,3 persen dari target nasional mencapai 17 juta berdasarkan data Kementerian Pariwisata RI.

Sementara itu, berdasarkan data Dinas Pariwisata Kabupaten Bintan tahun 2020 jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 727.526 orang dengan wisman terbesar berasal dari China (31,38 persen) Singapura (17,54 persen), dan India (3,55 persen).

Baca juga: Pengembang Beijing minati kawasan industri di Bali-Bintan

Baca juga: Indonesia serius selesaikan masalah investasi di Batam, Bintan, Karimun


 

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020