Jakarta (ANTARA) - Presiden RI Joko Widodo menggelar rapat terbatas di Pangkalan Udara TNI AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu bersama sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju serta Kapolri dan Panglima TNI menyusul evakuasi WNI dari Provinsi Hubei, China.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam konferensi pers seusai rapat terbatas dengan Presiden, menyampaikan enam poin yang menjadi kesimpulan dalam ratas itu.

"Baru saja rapat terbatas dipimpin Presiden dilakukan di Bandara Halim Perdanakusuma. Dari rapat terbatas yang dipimpin langsung Presiden, ingin kami sampaikan beberapa hal," kata Menlu Retno dalam konferensi pers di Pangkalan Udara TNI AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Minggu.

Pertama, Menlu mengatakan, pemerintah bersyukur total 243 orang warga negara Indonesia termasuk lima orang tim aju yang dipulangkan dari Wuhan, telah tiba dengan selamat di Natuna.

Para WNI itu akan melalui masa observasi selama 14 hari. Masa observasi juga akan dijalani oleh 42 orang yang masuk dalam tim penjemputan WNI dari Wuhan, China.

"Sehingga total orang yang akan menjalankan observasi adalah 285. Sampai saat ini alhamdulillah mereka dalam kondisi sehat," ujar Menlu.

Kedua, kata Menlu, Menteri Kesehatan bersama tim akan membuka kantor di Natuna, di mana juru bicara Menkes dari waktu ke waktu akan menyampaikan secara aktif perkembangan di sana.

Ketiga, penerbangan langsung dari dan ke Mainland RRT ditunda untuk sementara mulai Rabu pukul 00.00 WIB.

Keempat, semua pendatang yang tiba dari Mainland RRT dan sudah berada di sana selama 14 hari untuk sementara tidak diizinkan masuk dan transit di Indonesia.

Kelima, kebijakan bebas visa kunjungan dan visa on arrival untuk warga negara RRT yang bertempat tinggal di Mainland China untuk sementara dihentikan.

Keenam, pemerintah meminta WNI untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke Mainland China.

Rapat terbatas soal evakuasi WNI dipimpin langsung Presiden RI Joko Widodo dan dihadiri sejumlah menteri seperti Menko Polhukam Mahfud MD, Menlu Retno Marsudi, Menteri Hukum dan HAM Yassona Laoly, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan lain-lain, serta Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kapolri Jenderal Pol Idham Aziz.

Pada Minggu, pemerintah telah berhasil mengevakuasi 243 WNI termasuk di antaranya lima orang tim aju, dari Provinsi Hubei, China menggunakan pesawat maskapai berbadan lebar Batik Air jenis Airbus 330-300CEO milik Lion Air Group.

Penunjukan Batik Air sebagai maskapai pengevakuasi WNI, karena maskapai itu memiliki pesawat berbadan lebar yang dapat mengangkut 243 WNI dalam sekali penerbangan dan memiliki izin rute penerbangan langsung ke Wuhan.

Evakuasi dilakukan tim yang terdiri dari 42 orang antara lain dari unsur TNI, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan kru maskapai Lion Group. Tim dilengkapi dengan berbagai perlengkapan pelindung diri, termasuk masker dan baju khusus.

Sebanyak 243 WNI yang berhasil dievakuasi mendarat di Bandara Hang Nadim Batam, Kepulauan Riau pada Minggu pagi sekitar pukul 08.45 WIB untuk transit dan berganti pesawat.

Para WNI turun dari maskapai Batik Air sekitar pukul 09.23 WIB setelah menjalani prosedur kesehatan dan segera masuk ke pesawat milik TNI yang telah bersiaga di sebelahnya, untuk kemudian melanjutkan penerbangan ke Ranai, Natuna guna menjalani observasi lanjutan di pangkalan militer di Natuna.

Pesawat milik TNI yang dikerahkan untuk mengangkut WNI dari Batam yaitu Hercules A-1315 dan dua Boeing AI 7304 dan A 7306.

Kadis Ops Lanud Hang Nadim Batam Mayor Lek Wardoyo mengatakan pesawat Hercules dimaksimalkan dapat mengangkut 130 orang dan Boeing berkapasitas masing-masing 100 orang.

Rencananya 243 WNI akan menjalani observasi di Natuna selama dua pekan sebelum kembali ke keluarganya.

Baca juga: Menlu: penjemputan WNI dari Wuhan dilakukan dalam 24 jam

Baca juga: Ketempatan WNI dari Wuhan Pemkab Natuna liburkan sekolah dua pekan

Baca juga: Pengamat katakan pemulangan WNI dari Wuhan patut dihargai

Baca juga: Pemkab Natuna liburkan pelajar selama karantina WNI dari Wuhan

 

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Yuniardi Ferdinand
Copyright © ANTARA 2020