Jakarta (ANTARA) - Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengatakan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) merupakan pribadi kiai yang mempersatukan.

"Gus Sholah adalah seorang kiai, pemimpin Pondok Pesantren Tebuireng. Selain itu, beliau adalah seorang negarawan, figur nan penuh dengan kearifan dan kebijaksanaan serta cenderung mempersatukan," kata Din kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia itu mengatakan Gus Sholah beberapa kali mengajak Din untuk mempertemukan para tokoh Islam guna menyatukan pikiran terhadap masalah-masalah kebangsaan dan menghadapi gejala pemecahbelahan umat oleh umat sendiri.

Baca juga: Gubernur Jatim sambut kedatangan jenazah Gus Sholah

Baca juga: Ribuan pelayat sambut kedatangan jenazah Gus Sholah

Baca juga: Ketua KPK sampaikan bela sungkawa atas wafatnya Gus Sholah


Gus Sholah, kata Din, beberapa kali mengajak diadakannya pertemuan para tokoh tetapi belum menjadi kenyataan hingga adik mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu berpulang.

Menurut Din, kepergian Gus Sholah ke hadirat Sang Pencipta adalah kehilangan besar bagi umat dan bangsa. Kepergiannya justru terjadi pada saat umat memerlukannya.

"Semoga niat baik itu ada yang meneruskannya dan arwah almarhum di alam 'barzah' ikut berbahagia menyaksikannya," kata dia. Alam "barzah" adalah alam setelah kematian sebelum menuju akhirat.

Din mengatakan Gus Sholah memiliki keprihatinan mendalam terhadap keterpecahan umat dan rendahnya semangat menggabungkan ajaran (qiyadah) merekatkan ukhuwah Islamiyah baik antar organisasi maupun dalam satu organisasi.

"Menurut almarhum, banyak yang terjebak pada 'hubbud dunya' atau pragmatisme dan materialisme," kata dia.

Din mendoakan agar almarhum termasuk golongan jiwa yang tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah dan dimasukkan dalam surga-Nya.*

Baca juga: MUI Palu: Gus Sholah tokoh agama yang sangat toleran

Baca juga: Gus Sholah wafat, HNW: Bagai kehilangan guru bangsa dan panutan umat

Baca juga: Jenazah Gus Sholah akan dimakamkan di barat makam Gus Dur

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020