Denpasar (ANTARA) - Dinas Kesehatan Provinsi Bali hingga saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan, terhadap satu sampel pasien anak dari China yang diduga terinfeksi virus corona jenis baru (2019-nCoV)

"Pasien ini masih diobservasi di RSUP Sanglah. Sampel sudah dikirim ke Balitbangkes, mungkin hasilnya dalam satu atau dua hari ke depan," kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya saat memberikan keterangan kepada para awak media, di Denpasar, Senin.

Pasien anak berkewarganegaraan China tersebut, kata Suarjaya, masih diobservasi karena masih ada kecurigaan lain terhadap penyakit yang diderita anak tersebut.

"Memang kecurigaannya kecil, tetapi tetap kami lakukan langkah-langkah yang lebih tinggi, sehingga kalau sampai nanti terjadi, kami sudah antisipasi," ucap Suarjaya.

Untuk pemeriksaan sampel bagi pasien yang diduga terjangkit virus corona, ujar dia, memang harus diperiksa di Balitbangkes Kemenkes. Dengan sarana prasarana yang dimiliki laboratorium di daerah, belum mampu memeriksa karena virus yang pertama kali menjangkiti warga Wuhan-China itu merupakan virus jenis baru.

"Yang jelas, dari 18 kasus yang ditemukan di Bali yang memiliki faktor risiko, sejauh ini belum ditemukan satupun yang 'suspect'. Semua hasil pemeriksaan terhadap pasien-pasien tersebut hasilnya negatif," ucapnya.

Baca juga: Wisman China dominasi pengunjung Tanah Lot meski merebak virus corona

Baca juga: Wagub harapkan pemerintah pusat arahkan MICE ke Bali

Baca juga: Dinpar Bali gelar persembahyangan doakan wabah virus corona cepat reda


Termasuk, kata Suarjaya, terhadap hasil pemeriksaan satu pasien wanita (24) dari China yang belum lama ini viral di media sosial dan dicurigai terjangkit virus corona.

Sebelumnya wanita China tersebut sempat dicurigai karena suhu tubuhnya naik dan mengalami sesak napas. Namun, ujar Suarjaya, setelah melalui pemeriksaan di RSUP Sanglah, pasien tersebut ternyata mengidap bronchitis dan saat ini sudah dirawat sebagai pasien biasa.

Dia menambahkan, untuk menyatakan pasien "suspect" terjangkit virus corona, setidaknya harus memenuhi dua aspek yakni yang pertama memiliki riwayat pernah bepergian atau datang dari China dalam waktu 14 hari terakhir, kemudian yang kedua harus memenuhi tanda-tanda gejala sakit yang spesifik, seperti mengalami demam, sesak napas, dan berdasarkan pemeriksaan foto rontgen dada (thorax) menunjukkan adanya radang paru-paru atau pneumonia.

"Kalau dua hal tersebut sudah ada, barulah bisa dinamakan suspect. Kasus-kasus yang sebelumnya mengarah ke bronchitis," ucap Suarjaya.

Sebanyak 18 pasien yang memiliki faktor risiko tersebut, 14 diantaranya WNA dari China, 4 WNA di luar China (Amerika, Australia dan Meksiko), dan 4 WNI (tour guide dan kru pesawat).

Dari 18 pasien tersebut, jumlah sampel yang diambil dari 7 orang (6 orang hasilnya negatif dan satu orang pasien anak-anak itu masih proses pemeriksaan sampel di Balitbangkes)

Sementara itu Kepala Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar Lucky Tjahjono mengatakan berdasarkan pengawasan, masih nihil pasien yang "suspect" terjangkit virus corona, dengan mengoperasikan tiga buah thermal scanner.

Berdasarkan data pengawasan hingga 1 Februari 2020, jumlah pesawat yang terawasi sebanyak 716 pesawat yakni 110 dengan tujuan dana kedatangan dari China 118 pesawat dan negara lainnya (negara sehat) sebanyak 598 pesawat. Sedangkan kru pesawat yang diawasi sebanyak 5.924 orang (kru dengan penerbangan China 1.308 orang) dan negara sehat 4.616 orang.

Sementara jumlah penumpang pesawat yang terawasi 90.836 orang, penumpang yang datang dari China sebanyak 8.251 orang dan penumpang dari negara sehat sebanyak 82.585 orang.*

Baca juga: Pemandu wisata bahasa Mandarin di Bali terdampak penurunan wisatawan

Baca juga: 86 penerbangan Bali-China dibatalkan terkait virus Corona

Baca juga: Kunjungan wisatawan China ke Bali terhambat kasus virus corona

Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020