Jakarta (ANTARA) - Waktu pemilihan presiden masa bakti 2024-2029 rasanya masih lama, akan tetapi masyarakat kini sudah mulai “dihebohkan” dengan kemunculan nama sejumlah pejabat penting yang justru difavoritkan untuk memimpin bangsa ini ke depan.

Staf Khusus Menteri Dalam Negeri, Kastorius Sinaga, atas perintah Menteri Dalam Negeri, Jenderal Polisi (Purnawirawan) Tito Karnavian, telah menyatakan bahwa mantan kepala Kepolisian Indonesia itu "sama sekali" belum memikirkan untuk maju pada Pemilu 2024 karena masih memusatkan perhatiannya pada tugas sebagai pimpinan Kementerian Dalam Negeri, di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, yang sejajar dengan Istana Merdeka.

Pernyataan tertulis Karnavian itu muncul setelah Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, di Surabaya, menyatakan dia mendukung pencalonan sang professor pensiunan jenderal polisi itu untuk maju dalam Pemilu 2024 bersama Khofiffah Indar Parawansa —gubernur Jawa Timur saat ini— sebagai bakal calon presiden-wakil presiden mendatang.

Pernyataan Karnavian ini patut direnungkan ratusan juta calon pemilih pada Pemilu 2024 karena sekalipun dia menyatakan “belum berpikir” untuk maju dalam pemilihan RI 1 untuk menggantikan Presiden Joko Widodo, pernyataan terbuka ini membuka mata rakyat bahwa tokoh sekaliber Mahfud MD saja sudah berani menyebut nama dia ini.

Baru-baru ini, Jokowi juga telah menyampaikan pernyataan serupa di depan banyak pengusaha muda. Mantan wali kota Solo, Jawa Tengah, ini secara terbuka menyebut nama Sandiaga Salahuddin Uno yang mempunyai peluang amat besar untuk menjadi bakal calon presiden mendatang untuk menggantikan dia.

Pada Pemilu 2019, laki-laki pebisnis muda ini berpasangan dengan Letnan Jenderal TNI (Purnawirawan) Prabowo Subianto, yang belakangan menjadi menteri pertahanan. 

Jokowi sudah menegaskan bahwa karena dia telah dua periode menjadi presiden maka tak mungkin maju dalam pemilihan presiden lagi sekalipun ada sejumlah tokoh masyarakat telah “mendorong” dia untuk berusaha tampil lagi.

Sementara itu, Ketua Umum DPP Partai NasDem, Surya Paloh, pada suatu saat telah “mengundang” Gubernur DKI jakarta, Anies Baswedan, secara khusus menemuinya. Semula banyak orang mengira-ngira bahwa pertemuan kedua tokoh ini hanya sekedar “kongkow-kongkow” saja. Akan tetapi Paloh menegaskan bahwa dia mendukung atau mendorong supaya mantan menteri pendidikan dan kebudayaan ini maju dalam Pemilu 2024.

Dengan demikian, rakyat Indonesia sudah dapat menyaksikan bahwa sekalipun pilpres masih empat tahun lagi, saat ini sudah muncul tiga nama yang digadang-gadang bisa menjadi bakal calon presiden yakni Tito Karnavian, Sandiaga Uno, hingga Anies Baswedan. Tiap bakal calon presiden itu pasti mempunya kelebihan dan kekuranganya masing-masing. Belum lagi, jika pada hari-hari mendatang muncul lagi nama-nama bakal calon lainnya.

Banyak partai politik terutama yang besar-besar alias utama untuk siap-siap menyodorkan kader-kadernya dalam pemilihan kepala negara mendatang. Ada yang bisa menampilkan sendiri adernya seperti PDI Perjuangan dan Partai Golkar, tapi ada pula yang terpaksa harus “berkoalisi” sementara sehingga bisa saja terjadi dua parpol atau lebih “teraksa” mengajukan calon yang sama.

Dengan demikian bisa diperkirakan bahwa Pemilu 2024 di bagian pemilihan presiden-wakil presiden ini akan lebih” seru” atau “panas” dalam memilih bakal calon presiden ditambah bakal calon wakil presiden, belum lagi jika ditambah dengan upaya keras untuk meraih dukungan alias simpati lebih dari 150 juta suara calon pemilih yang jutaan suaranya di antaranya baru akan menentukan pilihan pada detik-detik teakhir.

Meraih simpati pemilih
Pemilihan presiden pada 2019, 2014, 2009, dan lain-lain pasti telah membri pelajaran berharga kepada semua partai politik bahwa mencari suara rakyat pastilah tidak gampang sama sekali apalagi betapapun juga pemilih akan kian kritis karena biar bagaimanapun juga semakin banyak warga yang dapat memperoleh informasi dari mana pun juga terutama melalui internet.

Rakyat dengan mudah dapat memperoleh data alias keterangan misalnya tentang prestasi Karnavian, Baswedan ataupun Uno. Semakin banyak orang di Tanah Air yang terbiasa ataau familiar dengan komputer, laptop atau bahkan gawai yang merupakan sumber informasi dari seluruh dunia.

Jadi para pemilih dengan leluasa bisa memilih informasi apa pun juga baik yang baik, buruk atau yang biasa-biasa saja. Jadi setiap bakal calon presiden baik yang Namanya sudah muncul kepada publik maupun yang masih “sembunyi-sembunyi” alias belum bersedia tampil saat ini harus bersedia “dibongkar apa adanya” oleh tokoh- tokoh lainnya ataupun wartawan.

Semua calon pemilih tentu ingin mendengar sejak sekarang telah kinerja, pribadi semua bakal calon presidennya sehingga saat memasuki bilik suara atau tempat pemungutan suara sudah tidak ragu lagi mencoblos gambar tokoh favoritnya.

Sekalipun hari pencoblosan masih hampir empat tahun lagi, semua bakal calon presiden sudah harus menyiapkan diri guna meraih dukungan rakyat. Jika seorang pemilih sudah mulai menetapkan pilihannya maka dia bisa “dirayu” agar mengajak anggota keluarga yang lainnya untuk memilih calon presiden yang sama.

Jangan sampai terjadi gara-gara Pemilu Presiden maka sebuah keluarga terpecah-belah karena ada perbedaan pilihan di antara mereka. Sementara itu, belasan partai politik baik yang sudah ada maupun yang bakal “ terbit” dalam waktu dekat harus bersiap-siap pula sehingga pada saat harus mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah tidak bermasalah lagi, apalagi jika harus menghadapi konflik internal.

DPR, KPU, Kementerian Dalam Negeri, DKPP juga harus bersiap diri misalnya menentukan apakah pemilihan presiden dan pemilihan anggota DPD,DPR,DPRD akan tetap disatukan atau diserentakkan lagi ataukah dipisahkan sehingga tidak akan terjadi lagi puluhan atau bahkan ratusan petugas arus kehilangan nyawa gara-gara mengabdi secara luar biasa terhadap NKRI.

Pemilu 2024 masih cukup lama, akan tetapi semua pihak sejak sekarang sudah harus menyiapkan diri supaya pesta demokrasi pada 2024 berlangsung lancar, aman dan tertib. Jadikanlah Pemilu 2024 (Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif) sebagai pesta demokrasi yag sebenar-benarnya tanpa menimbulkan korban yang sama sekali tidak perlu.

*) Arnaz Ferial Firman adalah wartawan LKBN ANTARA tahun 1982-2019, pernah meliput acara kepresidenan tahun 1987-2009.
 

Copyright © ANTARA 2020