masih terdapat 60.000 ton bawang putih sisa impor 2019.
Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan pasokan bawang putih dalam negeri cukup tersedia meski pemerintah menghentikan impor sementara dari China menyusul pengumuman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa virus corona sebagai darurat global.

"Cadangan untuk bawang putih panen lokal kami sudah siapkan. Insya Allah memenuhi apa yang menjadi kebutuhan," ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo di Jakarta, Senin.

Selain dari panen lokal, ia menyampaikan bahwa masih terdapat persediaan dari impor pada tahun 2019. "Karena impor yang kemarin pun masih punya cadangan menurut hitungan kami. Mestinya tidak perlu terjadi kelangkaan," ucapnya.

Baca juga: Mendag-Mentan kunjungi Pasar Senen, pastikan pasokan dan harga pangan

Ia menambahkan pihaknya akan terus melakukan komunikasi dengan Kementerian Perdagangan agar harga pangan lainnya juga tetap stabil.

"Ada persoalan di virus corona yang harus kita waspadai. Jadi sambil kami siapkan panen lokal kami masuki pasar-pasar kebutuhan masyarakat kita. Kami memang men-delay impor, tapi tidak boleh kekurangan pasok. Itu yang saya siapkan," katanya.

Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto menambahkan masih terdapat 60.000 ton bawang putih sisa impor 2019.

Ia menyampaikan, kebutuhan bawang putih secara nasional rata-rata mencapai 45 ribu ton per bulan. Artinya kebutuhan bawang putih di dalam negeri masih dapat terpenuhi seraya menunggu panen lokal pada Maret mendatang.

Ia mengemukakan pada Maret nanti terdapat lahan sekitar 6.000 hektar bakal mengalami panen bawang putih di beberapa daerah.

"Bulan maret ini ada panen cukup luas, lebih dari 6.000 hektar bawang putih. Kalau 6.000 hektar rata-rata hasilnya 10 ton per hektar, itu sudah 60.000 ton," ucapnya.

Harga bawang putih di Pasar Senen, Jakarta Pusat, mulai merangkak naik dari Rp40.000 per kilogram menjadi Rp55 ribu per kilogram.

Sementara itu komoditas lain yang mengalami kenaikan yakni cabai rawit merah yang menembus Rp90.000 per kilogram, dibandingkan Desember 2019 sekitar Rp50.000 per kilogram.

"Kalau cabai agak naik sekarang itu karena cuaca, kalau di pertanian faktor cuaca sangat menentukan, itu juga yang membuat kita terjadi delay panen karena delay tanam," kata Mentan.

Baca juga: Bawang putih China di Pasar Induk Kramat Jati Rp42.000 per kilogram

Kendati demikian, menurut Syahrul Yasin Limpo, di beberapa wilayah lain seperti Sulawesi dan Kalimantan mengalami panen cabai sehingga pasokan berlebih. Pihaknya bakal mendistribusikan cabai ke sejumlah daerah untuk menetralisir harga.

"Ini masalah 'supply and demand', karena keterlambatan penanaman, maka dari itu juga hasilnya akan 'delay'. Persoalannya juga ada di hilir, bagaimana transportasi laut kita tingkatkan menjadi transportasi udara," paparnya.

 

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020