Saat simulasi juga diperagakan bagaimana pemakaian APD
Denpasar (ANTARA) - Rumah Sakit Tingkat II Udayana telah melakukan simulasi penanganan kasus virus corona pada Kamis (30/01) dengan
​​​​​melibatkan 100 tenaga medis.

"Yang menjadi pasien itu adalah dua orang perawat kami, satu perawat itu berakting seperti pasien dengan infeksi corona virus, seperti batuk-batuk, keluhan sesak dan gangguan pernafasan, satu perawat lainnya sebagai pengantar pasien," kata Ketua Komite PPI RS Tk.II Udayana ( IPCD) dr. Putu Apri Dianti, saat ditemui di RSAD Udayana, Denpasar, Senin.

Apri menjelaskan peran dari kedua perawat dalam simulasi ini bertujuan untuk mengedukasikan masyarakat tentang penanganan kasus virus corona. Sekaligus menginformasikan untuk selalu sedia masker ketika kondisi sedang batuk, flu agar menghindari percikan batuk itu ke arah pasien lain.

Baca juga: Kemenkes: 34 spesimen yang diperiksa negatif virus corona
Baca juga: DPR yakin pemerintah berpikir matang observasi 245 WNI di Natuna


Ia menjelaskan skenario simulasi diawali dengan melakukan kegiatan cuci tangan terlebih dahulu karena cuci tangan adalah salah satu cara yang terpenting dalam mengurangi risiko infeksi virus terutama yang terjadi di rumah sakit. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan triase oleh dokter dan perawat.

"Seperti kita ketahui infeksi atau penyebaran virus bakteri dan lain-lain itu lebih banyak di gunakan atau ditransmisikan dari tangan tenaga medis nya. Setelah itu dilanjutkan dengan pemeriksaan dokter dan apabila didapatkan kecurigaan pasien terinfeksi virus, selanjutnya menyiapkan ruang isolasi di UGD kami," jelasnya.

Dokter dan perawat yang ada di ruang UGD sudah memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap sesuai dengan kriteria yang dikeluarkan oleh Kemenkes berupa seragam dan sepatu lengkap, masker partikulat atau N95 kemudian memakai visor, memakai sarung tangan yang tebal, penutup kepala dan kacamata.

​​​​​Terhadap penanganan virus ini, pihaknya mengaku mengikuti jenis kewaspadaan berbasis transmisi. 

Baca juga: Menhub pastikan penerbangan terakhir dari China angkut semua WNI
Baca juga: Gubernur tegaskan Bali sangat siap terima kunjungan wisman


Menurut dia, transmisi disebut sebagai bentuk kewaspadaan terhadap pasien rawat inap dengan tanda infeksi baru yang ditentukan berdasarkan kriteria klinis dan epidemiologis sebelum diperoleh hasil laboratorium.

Ia menjelaskan transmisi yang diikuti ada dibagi menjadi tiga yaitu kewaspadaan kontak, kewaspadaan percikan (droplet) dan kewaspadaan udara (airborne).

"Saat simulasi juga diperagakan bagaimana pemakaian APD, cara mentransfer pasien, dan proses rujuk pasien ke rumah sakit yang lebih tinggi fasilitasnya," katanya.

Ia mengatakan bahwa saat ini di RS Tk. II Udayana belum tersedia hepa filter namun untuk proses pembuatan tekanan negatif dilakukan dengan memakai pengaturan ventilasi mekanik yaitu dengan menggunakan exhaust fan di bawah tempat tidur.

Dalam simulasi ini pihaknya melibatkan 100 tenaga medis dari dokter hingga perawat. Untuk kasus dengan diagnosa pneumonia yang akan diturunkan yaitu dokter ahli penyakit dalam sebagai Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) utama nya.

Baca juga: Situasi Natuna kondusif terkait proses karantina WNI dari China
Baca juga: Dinkes Bali: Sampel pasien anak dari China diteliti di Balitbangkes


Pewarta: Ayu Khania Pranishita
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020