Jakarta (ANTARA) - Pemerintah buat pembatas tiga lapis yang tidak bisa diakses masyarakat umum dalam mengobservasi Warga Negara Indonesia (WNI) yang dipulangkan dari Provinsi Hubei China, kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono.

Anung di Jakarta, Senin, mengatakan keputusan lokasi observasi WNI di Natuna adalah kebijakan pemerintah pusat yang didasarkan berdasarkan berbagai pertimbangan.

"Mengenai mengapa di Natuna, ini kebijakan pemerintah, kami di Kementerian Kesehatan memberikan persiapan pelayanan. Tentu pemerintah punya pertimbangan-pertimbangan, karena waktu, karena persoalan jumlah, karena persoalan kedaruratan itu sendiri. Banyak opsi yang disiapkan, tapi pemerintah memilih Natuna sebagai tempat observasi kesehatan selama masa karantina," kata Anung.

Pemerintah membagi wilayah karantina dalam tiga lapis, yaitu lapis pertama di mana para WNI tidak ada yang kontak dengan orang lain kecuali tenaga kesehatan. Pada lapis kedua digunakan untuk dukungan pelayanan kesehatan, makanan, dan sebagainya. Sementara di lapis ketiga digunakan untuk tempat melakukan pemantauan.

"Kami semua ada di situ untuk memastikan bahwa apa yang dikhawatirkan oleh masyarakat itu tidak terjadi," kata Anung.

Baca juga: Kemenkes: 34 spesimen yang diperiksa negatif virus corona

Baca juga: Kemenkes: Indonesia punya kemampuan deteksi virus corona

Baca juga: Kemenkes siapkan tempat karantina-siagakan RS pulangkan WNI dari Wuhan


Anung menegaskan penempatan karantina di hanggar pangkalan udara bukan hanya mempertimbangkan lokasi yang paling jauh, namun melihat psikologi para WNI yang diobservasi kesehatannya agar tidak stres.

Kendati demikian pertimbangan jarak yang berjauhan dengan lokasi masyarakat juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan lokasi karantina merujuk pada mekanisme penularan virus.

Anung menyatakan sejauh ini mekanisme penularan masih belum jelas meski beberapa menyebutkan kemungkinan melalui kontak dekat, melalui udara, dan juga melalui droplet atau dahak dan bersin orang yang terinfeksi.

Namun, Anung memastikan jarak tempat observasi kesehatan para WNI di Natuna cukup jauh dari lingkungan masyarakat umum. "Jarak yang saat ini ada diyakini cukup jauh, virus ini juga tidak terlalu kuat di udara, daerah itulah yang kemudian kita yakin. Kita dari sisi kesehatan memastikan bahwa apa yang terjadi kalau itu adalah sifatnya airborne itu tidak akan sampai ke komunitas," kata dia.*

Baca juga: Kemenkes akan observasi WNI yang pulang dari Wuhan

Baca juga: Kemenkes akan karantina WNI dari Wuhan saat tiba di Indonesia

Baca juga: Kemenkes tegaskan tidak ada kasus positif virus corona di Indonesia

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020