Jakarta,  (ANTARA News) - Belajarlah dari tokoh beruang madu jenaka Winnie The Pooh mengenai berbela rasa saat sahabatnya Eeyore menerima kenyataan bahwa rumahnya ambruk diterjang angin dan tubuhnya menggigil karena terpaan udara dingin pada Desember.

"Aku akan coba mengungsi ke rumah Kanga dan Roo," kata Eeyore seketika merespons duka sohibnya itu. Tidak ingin kalah game dalam mengulurkan bantuan, Piglet menyiapkan tempat tidur kecil untuk Eeyore di dekat ruangan penuh jerami jagung.

Tapi Eeyore mengidap alergi jerami jagung dan ia bersin-bersin hingga hampir merobohkan rumah Piglet. Sebagai kepala suku dari Organisasi Satwa Selalu Gembira, apa tindakan Pooh?

Tanpa lebih dulu mengetik "Reg Spasi Natal 2008", Pooh dan Piglet memperbaikinya. "Itu rumahku," kata Eeyore, tidak memercayai matanya sendiri. "Tapi rumahku kan, sudah roboh." Pooh menjawab, "Piglet dan aku memperbaikinya," kata Pooh. Ada setangkup harmoni yang bersemayam di relung hati Pooh dan kawan-kawannya.

Apa yang dikerjakan oleh sejumlah tokoh idola anak-anak itu dapat diringkas dengan satu kata saja, yakni "shalom". Apa makna shalom saat merayakan dan melesakkan butir makna Natal? Jawabnya, menyediakan diri bagi sesama dengan mengunjukkan bela rasa bagi sesama.

Arti sebenarnya dari shalom (slm) adalah kuat dan sehat, serta selamat. Ide dasarnya adalah menyeluruh (totalitas). Dalam paguyuban yang menikmati shalom, bersemayam harmoni bagi perkembangan diri.

Keutuhan sebagai arti dasar shalom kemudian berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan. Bila seseorang mengidap sakit maka ia tidak memiliki shalom. Bahkan, shalom kerapkali diterjemahkan sebagai kemakmuran dan kekayaan.

Apakah tokoh Herodes yang tampil saat peristiwa kelahiran Yesus Kristus beroleh shalom? Sebelum menjawab, baiknya mengikuti alur kisah kelicikan dan kebengisan Herodes. Saat diberi tahu oleh orang-orang dari Timur bahwa telah lahir Juru Selamat di Betlehem, dengan diam-diam Herodes memanggil orang-orang majus.

"Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sesudah kamu menemukan Dia dan kabarkanlah kepadaku supaya aku pun datang menyembah Dia," kata Herodes. Orang-orang majus itu memilih bersikap mbalelo dengan tidak menghadap kembali kepada Herodes. Mereka pulang ke negerinya melalui jalan lain.

Sontak, Herodes murka, karena tahu bahwa ia diperdaya orang-orang majus itu. Kemudian ia memerintahkan untuk membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah. Herodes tidak hidup dalam shalom, karena raja itu mengingkari perdamaian yang telah direkatkan ke dalam nurani sesama.

Baik Winnie The Pooh maupun tokoh Herodes sama-sama menerima tiket shalom saat merayakan Natal. Beruang madu itu tidak berhenti mengelola tiket shalom, melainkan mengobarkan dan melakukan "Revolusi Ptolomeus".

Pooh bersama rekan-rekannya memandang dunia dan segala isinya sebagai keselurahan (totalitas) yang dapat diketahui secara terang benderang. Dengan memanfaatkan prinsip matematika, bumi dapat diukur kemudian didayagunakan demi kesejahteraan sesama manusia.

Sedangkan, Herodes bermetamorfosis dalam tokoh Iwan Karamasow dalam roman karangan F.M. Dostojewskij (Saudara-saudara Karamassow). Dituliskan bahwa harmoni dalam surga datangnya terlambat dan harga yag dibayar terlalu mahal.

Iwan Karamasow berkata, "Keselarasan itu terlalu dilebih-lebihkan; biaya masuknya terlalu mahal bagi kita."

"Saya sendiri lebih suka mengembalikan karcis masuk saya. Sebagai orang yang lurus, saya wajib mengembalikannya secepat mungkin. Dan itulah yang saya lakukan. Saya bukan menolak untuk mengakui Dia, tetapi dengan penuh hormat saya kembalikan kepada-Nya karcis saya."

Pendar pemberontakan Karamasow memuncak dalam pernyataan, "Aku tak menghendaki harmoni itu, atas nama cinta dan kemanusiaan. Aku tak menghendakinya. Aku ingin tetap bertahan pada penderitaan yang tidak dapat terdamaikan." Inikah cermin terbelah dari pribadi manusia kontemporer?

Pesan pencerahannya bahwa saat menghadapi perubahan serba tidak menyatu, maka sikap hidup berkeping-keping akan menumbuhkan kepribadian terbelah. Tidak ada lagi makna perekat hidup, karena krisis membuah hidup terfragmentasi seperti pecahan mosaik tanpa bingkai.

Menurut staf pegajar STF Drijarkara, Mudji Sutrisno SJ, manusia jenis ini menghayati waktu jadi terpenggal, antara kemarin dan sekarang seakan tidak ada kaitannya. Waktu dilihat sebagai sesuatu yang merentang tanpa mengait.

Ungkapan jenakanya, orang yang punya otak dan mengabdi dengan tanggungjawab, tidak mau membuang waktu hanya untuk menjadikan dirinya permadani merah (red carpet) bagi para elite birokrasi, para penggede di kantor.

Negarawan kondang seperti Julius Caesar dan Benito Musolini akhirnya bangkrut karena diiringi oleh orang-orang sekelilingnya yang memiliki naluri "yes children". Otoritas yang wajar akan menghilangkan pengabdi yang menjual diri. Tambahan, segala promosi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan akan menciptakan robot-robot dan zombie sebanyak lalat di musim kemarau.

Saat mendongeng kisah petualangan Winnie The Pooh dan mengikuti kisah pertempuran batin berujung pembunuhan yang dilakukan Herodes, ada pertanyaan menyembul, apa dan bagaimana relevansinya bagi kehidupaan konkret saat krisis?

Pesan Natal bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) 2008 mengajak umat Kristiani untuk membangun masyarakat yang damai, memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan umum dalam mewujudkan Indonesia sebagai rumah bersama.

Kalau Pooh membangun rumah sahabatnya Eeyore, kalau Herodes mencabik rumah nuraninya dengan membunuh sesamanya, maka shalom berada dalam dinamika. Meminjam artikulasi postmodern, masyarakat pada hakekatnya tidaklah baik atau tidaklah buruk tetapi serba mendua (ambivalen), artinya tidak dapat diprediksi sehingga tidak dapat dirumuskan dalam pedoman tertentu (rule-guided).

Bukankah penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) tidak mampu menahan lonjakan sembilan bahan pokok (sembako) dan sayur mayur. Kenaikan ini dipicu oleh peningkatan konsumsi masyarakat menjelang Natal dan tahun Baru, dan utamanya faktor cuaca?

Bukankah kalangan badan usaha milik negara (BUMN) sektor farmasi mendesak pemerintah segera menyesuaikan harga produk obat generik bersamaan dengan lonjakan harga bahan baku akibat depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat?

Jangan dulu melipat wajah. Dalam puncak peringatan Hari Kesetiakawanan Sosial Nasional ke-50 pada Selasa (23/12), diserahkan secara simbolis Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari enam bank pemerintah senilai Rp12,249 triliun kepada lebih dari 1,5 juta debitur dan bantuan penanggulangan bencana alam dari Departemen Sosial.

Depsos juga memberi bantuan rehabilitasi rumah tidak layak senilai Rp48,56 miliar untuk 4.856 rumah di seluruh Indonesia. Ini wujud dari berbela rasa.

Dan dongeng Winnie The Pooh berlanjut. Eeyore melihat rumahnya, lalu memandang teman-temannya. "Ternyata bulan Desember ini tidak terlalu membenciku," kata Eeyore dengan mata berbinar, wajah bersinar.

Baik juga kalau seseorang mendengar uraian tentang pendapat yang berbeda dengan pendapat kebanyakan orang (auditur et altera pars) saat mendongeng kisah Winnie The Pooh pada Natal 2008. Singkat, bernas, tanpa wajah sumringah.(*)

Oleh Oleh A.A. Ariwibowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2008