Gresik (ANTARA) - BP Migas menjamin semburan lumpur gas di tiga sumur milik JOB (Join Operating Body) Pertamina Petrochina tidak berbahaya, kata Perwakilan BP Migas Priyo Agus Trinugroho di lokasi proyek pengeboran Lengowangi Desa Sekarkurung, Kebomas, Kabupaten Gresik, Jumat sore.

"Kejadian ini bukanlah suatu hal yang luar biasa dan tidak berbahaya, hanya karena kekhawatiran saja masyarakat berbondong-bondong melihat semburan ini," jelasnya.

Agus menandaskan, semburan lumpur gas di lokasi proyek pengeboran Lengowangi berbeda dengan semburan gas di Sidoarjo.

"Di Lengowangi hanya kesalahan teknis pengeboran, sedangkan semburan gas di Sidoarjo karena fenomena alam akibat gesekan gempa yang mengakibatkan pipa gas bocor, jadi tidak ada yang perlu dikhawatirkan," katanya yakin.

Agus malah menyebut peristiwa seperti itu sudah biasa dalam tiap pengeboran, mata bor tumpul akibat banyaknya material batuan hingga tak bisa menembus ke dasar, yang kemudian menghentikan pengeboran dengan menarik pahat (batang bor) keluar.

"Nah saat menarik bor dari dasar tanah inilah yang memunculkan tendangan semburan lumpur disertai gas dari dasar tanah," paparnya.

Agus menjamin perusahaannya akan berupaya menghentikan semburan terlebih dulu dengan memasukkan kembali pahat (batang bor) ke dalam dasar tanah sesuai kedalaman awal yakni 1.850 kaki (sekitar 600 meter).

"Kita lakukan bertahap, malam nanti jika pasti ada semburan maka kami akan kembali menancapkan batang bor sampai ke dasar pengeboran hingga 2.300 kaki dengan mengganti pipa 958 inci," terang Agus.

Semburan gas mulanya terjadi pagi sekitar 06.00 WIB di mana saat pengeboran di kedalaman 996 kaki tiba-tiba mata bor tak berfungsi karena banyak material batuan bercampur tanah yang menggumpal sehingga pipa bor harus ditarik keluar dengan mengganti pipa bor baru.

Saat itulah tekanan gas keluar menuju permukaan tanah sampai kemudian menyebabkan semburan gas bercampur lumpur. "Malam nanti dipastikan semburan sudah bisa diatasi," yakinnya.  (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2008