Jakarta (ANTARA) -
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio memastikan kemampuan alat untuk mendeteksi virus corona yang dimiliki oleh Indonesia.

"Alat (deteksi) sudah cukup, 'reagen-nya' sudah ada, jadi pemberitaan di luar itu tidak benar," kata Amin di Kantor Staf Presiden (KSP) Jakarta, Kamis. Reagen adalah cairan yang digunakan untuk mengetahui suatu reaksi kimia.

Amin menyampaikan hal tersebut seusai menghadiri rapat koordinasi dengan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan HAM (Menkopolhukam) Mahfud MD, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pariwisata Wishnutama, Menteri Sosial Juliari Batubara, Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro dan pejabat terkait lainnya.

Menurut Amin, ada dua alat yang dipakai untuk mendeteksi virus corona yang mungkin masuk ke Indonesia yaitu Polymerase Chain Reaction atau PCR dan "sequencing". PCR digunakan untuk melihat apakah keluarga dari virus corona terdapat di dalam tubuh pasien sedangkan "sequencing" untuk memastikan apakah itu virus merupakan corona atau bukan.

"Yang punya alatnya juga cukup banyak, bukan hanya lab perguruan tinggi tapi juga pihak swasta, tapi swasta kan tidak rutin pemeriksaan untuk virus corona. Yang saya tahu saat ini yang memeriksa adalah litbangkes (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan) Kementerian Kesehatan dan kedua di Lembaga Eijkman," tambah Amin,

Menurut Amin, lembaga Eijkman sudah berpengalaman dalam mendeteksi virus jenis lain yang sebelumnya sudah diisolasi.

"Untuk corona Wuhan kami gunakan alat yang sama, sistem, orang yang sama yang punya pengalaman dan gate yang sebelumnya kami pakai dengan 2 langkah yaitu 'screening' dengan PCR untuk semua virus corona di 'sample' dan kalau ada corona di 'sample' akan keluar. Kedua konfirmasi dengan 'sequencing', tapi dengan 'sequencing' saja tidak langsung menjawab tapi dengan fasilitas biofarmatika butuh keahlian khusus," ungkap Amin.

Deteksi virus corona tersebut menurut Amin dapat dilakukan selama beberapa jam saja.

"Kami mendapatkan contoh itu bukan virusnya tapi bagian DNA-nya saja. Jadi yang dikerjakan di lab kami sudah divalidasi dan sudah diuji kontrol positifnya betul, kontrol negatifnya juga betul. Jadi insya Allah hasil yg kami berikan itu mewakili, kalau memang tidak ada ya tidak ada," jelas Amin.

Menurut Amin, sampel DNA tersebut berasal dari usap hidung atau tenggorokan dari orang yang diduga memiliki virus corona.

"Pemeriksaan di lab beberapa jam. tapi biasanya dilakukan validasi kemudian di cek ulang untuk memastikan apakah itu betul negatif atau betul positif. Kadang-kadang harus mengulangi lagi, tapi kalau prosesnya 4-5 jam sudah selesai," tambah Amin.

Deteksi tersebut menurut Amin juga dilakukan bukan hanya oleh Lembaga Eijkman tapi juga dikerjakan lab lainnya.

Baca juga: Harga sarang burung walet anjlok, terimbas wabah Virus Corona

"Saat ini yang diarahkan Kemenkes untuk mendeteksi adalah di Litbangkes. Tapi lab kami karena kami bukan lab pelayanan tapi penelitian, maka kami sebagai lab konfirmasi untuk memastikan kalau ada lab lain yang menyatakan positif dibandingkan dengan kami. Kalau dua lab sama-sama positif maka meyakinkan, tapi kalau satu positif satu negatif nah mesti dipastikan dulu," tambah Amin.

Pemerintah sudah melakukan berbagai kebijakan dalam menghadapi merebaknya virus corona di dunia yang diawali dari kota Wuhan, provinsi Hubei, China.

Kebijakan-kebijakan itu adalah penghentian sementara impor hewan hidup dari China, penghentian sementara penerbangan langsung dari dan ke China daratan sejak Rabu (5/2) pukul 00.00 WIB, pembatasan semua pendatang yang baru tiba dari China daratan dan mereka yang sudah berada di sana selama 14 hari tidak diperbolehkan untuk masuk maupun transit di Indonesia, penghentian sementara bebas visa kunjungan maupun visa "on arrival" untuk warga China daratan serta meminta WNI untuk sementara tidak melakukan perjalanan ke China daratan.

Total lebih dari 27.600 kasus dikonfirmasi terjangkit virus corona hingga Kamis (6/2) dengan total kematian akibat virus ini meningkat menjadi 564 orang total seluruh dunia. Saat ini setidaknya ada 26 negara yang mengonfirmasi corona.

Pemerintah Cina telah mengisolasi puluhan kota sebagai bagian dari tindakan karantina, menempatkan larangan bepergian pada hampir 10 juta warga negara Cina di beberapa provinsi. Meski begitu, pemerintah China mengklaim banyak pasien corona sembuh. Dari data gisandata.maps, ada 1,124 orang pulih dari corona.

Baca juga: Kemenkes: WNI dari Wuhan semua sehat pada hari kelima observasi

Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020