Ia mengaku tidak mendapatkan peran sebagai isteri pendiri Kota Ponorogo sekaligus penyebar ajaran Islam daerah itu. "Saya sangat tersanjung, karena harus memerankan salah satu tokoh yang menjadi legenda," katanya menuturkan.
Kirab Pusaka itu merupakan rangkaian Grebeg Suro dan Festival Reog Nasional (GSFRN) XV yang diselenggarakan di Ponorogo sejak 26 Desember lalu.
Sebelumnya, Bupati Ponorogo, Muhadi Suyono, beserta jajaran muspida melakukan ziarah di makam Bathoro Kathong. Dilanjutkan dengan prosesi pengambilan tiga pusaka, yakni Tumbak Tunggul Nogo, Songsong Tunggul Wulung, dan Sabuk Cinde Puspito sekaligus penyematan bunga melati kepada para pejabat di halaman Masjid Jamik di kompleks makam Bathoro Kathong.
Tiga pusaka yang dibungkus kain warna hijau itu dikirab dengan berjalan kaki sejauh lebih kurang lima kilometer dari kota lama di kawasan Setono menuju Pendapa Kabupaten Ponorogo. Sebanyak 78 kelompok mengikuti prosesi itu. Mereka berasal dari berbagai instansi dan masyarakat sipil.
Sesampainya di depan Panggung Paseban Alun-Alun Ponorogo, pusaka itu melalui prosesi "jamasan" atau memandikan pusaka dengan kembang. Setelah itu prosesi "tumpeng purak" yang kemudian diperebutkan oleh masyarakat.
Saat kirab pusaka berlangsung arus lalu lintas di sekitar alun-alun lancar. Namun pada saat acara tersebut bubar, kemacetan terjadi di Perempatan Pasar Songgo Langit, namun masalah tersebut masih bisa diatasi oleh pihak kepolisian
Penutupan GSFRN XV dilangsungkan Minggu malam dengan peyerahan tropi kepada para pemenang Festival Reog yang diikuti 50 peserta dari seluruh Tanah Air itu
(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008
