Cilacap (ANTARA) - Pertamina Refinery Unit IV Cilacap bersama Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas II Cilacap, Jawa Tengah, menyosialisasikan pencegahan virus corona (novel coronavirus/2019-nCoV) kepada pekerja perusahaan itu.

Kegiatan yang digelar di Aula Kantor Oil Movement 70 Pertamina RU IV Cilacap, Area 70 Pantai Teluk Penyu, Cilacap, Jumat, diikuti sekitar 100 orang yang terdiri atas pekerja Marine, Oil Movement 70 Pertamina, dan tenaga kerja jasa penunjang (TKJP).

Saat ditemui wartawan usai kegiatan, Section Head Oil Movement 70 Pertamina RU IV Cilacap Sisyani Edi W. mengatakan pihaknya bersama KKP Cilacap menggelar sosialisasi tentang pencegahan virus corona.

"Alhamdulillah antusias sekali, tadi teman-teman dari Marine Area 70 dan semua pekerja yang terlibat di sini, yang kebetulan berkontak langsung dengan kru kapal, barang kali ada yang dari China," katanya.

Dalam sosialisasi tersebut, kata dia, pihaknya mendapatkan penjelasan dari Kepala KKP Cilacap Sulistyono tentang bagaimana mengantisipasi bahaya virus corona.

Dia mengakui jika kadang ada kapal yang bersandar di Dermaga Area 70 yang sebelumnya sempat singgah di China dalam perjalanan menuju Cilacap.

Baca juga: Dokter China pertama kali ungkap virus corona meninggal

"Jadi, kita waspada juga walaupun kapal itu ada sejarah perjalanannya dari mana. Jadi, kita antisipasi," tegasnya.

Kendati demikian, dia mengatakan kapal-kapal dari China tidak mesti satu bulan sekali masuk ke Cilacap.

"Kemarin pernah sekali. Kru kapalnya sekitar 15-20 orang," katanya.

Sementara itu, Kepala KKP Kelas II Cilacap Sulistyono memberikan apresiasi atas inisiatif dari Pertamina untuk menyelenggarakan sosialisasi pencegahan virus corona karena Dermaga Area 70 benar-benar pintu masuk negara.

Menurut dia, pihaknya sudah memiliki standar operasional prosedur (SOP) dan telah disosialisasikan di PT Pelindo III Cabang Tanjung Intan Cilacap bahwa semua alat angkut atau kapal-kapal dari luar negeri yang akan bersandar di Cilacap ada pemberitahuan sebelumnya.

"Biasanya satu hari sebelumnya ada pemberitahuan. Kemudian jangan lupa, biasanya di situ ditulis 'last port' (pelabuhan terakhir yang disingahi), misal Singapura. Akan tetapi kita tidak berhenti di situ karena untuk mengantisipasi penyakit ini, 2019-nCoV (virus corona), itu kita harus mengetahui riwayat perjalanan," jelasnya.

Baca juga: Arsitek RS khusus corona di Tiongkok alumnus Chung Hua School Jember

Ia mengatakan hal itu disebabkan masa inkubasi dari virus corona adalah 2-14 hari, sehingga pihaknya meminta data kepada agen guna mengetahui pelabuhan mana saja yang disinggahi kapal tersebut sebelum singgah di pelabuhan terakhir seperti yang tercantum dalam riwayat perjalanan kapal (voyage memo).

Menurut dia, kapal tersebut tidak boleh langsung sandar karena merupakan kapal dalam keadaan karantina sehingga masih memasang bendera Q atau bendera warna kuning.

Selanjutnya, kata dia, tim dari KKP akan naik ke kapal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan disebutkan bahwa tim dari Kantor Kesehatan Pelabuhan merupakan petugas yang pertama kali naik ke kapal yang baru datang.

"Setelah sampai di kapal dengan memakai APD (Alat Pelindung Diri), kita akan meminta dokumen MDH (Maritimme Declaration of Health) yang diisi oleh kapten tentang kondisi kesehatan kapal tersebut. Di situ bila ditulis 'no', 'no', 'no', berarti 'clear'," jelasnya.

Ia mengatakan tim KKP selanjutnya memeriksa seluruh anak buah kapal (ABK) satu per satu dengan menggunakan pendeteksi suhu tubuh.

Baca juga: AP II: Belum ada temuan terduga virus corona penumpang luar negeri

Apabila ditemukan ABK yang suhu tubuhnya 38 derajat Celcius atau lebih, kata dia, akan langsung dirujuk ke RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo, Purwokerto, Kabupaten Banyumas, karena merupakan rumah sakit yang ditunjuk pemerintah untuk menangani pasien diduga terjangkit virus corona.

"Akan tetapi apabila seluruh ABK dinyatakan 'clear', maka terbitlah surat izin kekarantinaan dan bendera kuning turun, aktivitas bisa berjalan, kapal bisa bersandar," katanya.

Menurut dia, sebuah kapal biasanya bersandar di dermaga atau pelabuhan selama tiga hari sehinggga ketika tiba-tiba ada ABK yang demam di hari ketiga, pihaknya sudah memiliki mekanisme penanganan dan akan segera dirujuk.

"Oleh karena itu, harus ada kerja sama yang bagus, jangan saling menutupi," katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan hingga saat ini, pihaknya belum menemukan adanya ABK yang diduga terjangkit virus corona. *

Baca juga: Kepala LKBN ANTARA Biro Beijing jalani swakarantina di Tulungagung

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020