pembuatan caping terkendala keterbatasan pada bahan baku
Pontianak (ANTARA) - Kampung Wisata Caping yang terletak di Mendawai Kelurahan Bansir Laut, Kecamatan Pontianak Tenggara merupakan destinasi wisata yang baru di Kota Pontianak yang patut dikunjungi ketika berwisata ke kota khatulistiwa ini.

Banyak hal yang bisa didapat ketika ke sana seperti menikmati suasana dan pesona Sungai Kapuas, sungai terpanjang di Indonesia karena letak Mendawai berada di pinggir sungai tersebut.

Camat Pontianak Tenggara, Rendrayani di Pontianak, Sabtu, menjelaskan, sebagaimana namanya, daerah tersebut merupakan sentra produksi caping yang dijual ke Kota Pontianak dan sekitarnya.

Ia menjelaskan, caping merupakan topi yang berbentuk kerucut yang umumnya terbuat dari anyaman bambu, sejenis daun pandan atau sejenis rumputan, ataupun daun kelapa. Sebuah caping umumnya dilengkapi dengan tali dagu yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan caping.

Baca juga: Jembatan gandeng Kapuas I akan jadi ikon wisata Pontianak
Baca juga: Pontianak gelar berbagai atraksi saat matahari capai kulminasi


"Kami mendukung apa yang dilakukan oleh masyarakat khususnya di kampung Mendawai. Apalagi caping sudah ada sejak nenek moyang kita atau sudah satu abad lamanya, namun kita harus mengupayakan bagaimana caping ini tidak hanya dipakai di kalangan petani saja namun bisa juga dijadikan hiasan," ujarnya.

Rendrayani menyebutkan pengunjung di Kampung Wisata Caping akan melihat pajangan caping warna- warni di sejumlah titik sehingga wisatawan menjadikan caping itu sebagai latar belakang saat berfoto.

Terkait pembuatan caping di daerah itu, ia menjelaskan, produksi caping bisa capai 20 buah per hari dan wisatawan yang datang bisa ikut praktek pembuatannya atau mengecat sendiri caping yang tersedia di daerah tersebut. Bahkan wisatawan bisa membawa pulang caping yang sudah dicat untuk dijadikan hiasan.

"Pembuatan caping terkendala keterbatasan pada bahan baku. Bahan di sini dari Kubu Raya dan setiap pengambilan hanya tiga sampan saja," katanya.

Baca juga: Wisata religi Kalimantan, inspirasi libur lebaran
Baca juga: Cap Go Meh genjot wisata Pontianak


Sementara itu, Pendamping Kampung Wisata Caping, Beny Than Heri menyebutkan bahwa jenis caping beragam mulai dari kecil sedang dan besar

"Untuk harga menyesuaikan mulai dari harga Rp30.000 sampai Rp50.000. Harga tersebut masih untuk uji coba karena pembuatan yang sulit agar mendapatkan harga yang layak dan sesuai pengerjaan nanti harga akan dinaikkan," jelas dia.

Lestarikan Saprahan

Satu lagi yang menarik di Kampung Wisata Caping yakni hadirnya makan saprahan melayu ala Mendawai. Makan Saprahan yang merupakan adat istiadat budaya Melayu ini adalah budaya makan bersama dengan cara duduk Iesehan bersila di atas lantai berjejer.

Dalam makan saprahan, semua hidangan makanan disusun secara teratur di atas kain saprah.

“Kita buat Saprahan melayu Pontianak, karena sudah masuk warisan budaya tak benda, vakumnya sudah ada, maka dibuatlah Saprahan melayu ala Mendawai yang memang yang sudah masuk warisan tak benda seperti sayur keladi dan asam pedas,” kata Rendrayani.

Ia juga menambahkan bagi orang luar khususnya luar Pontianak yang ingin merasakan makanan khas Pontianak telah disajikan di Mendawai ini. Paket masakan yang pertama ditawarkan pun berupa makanan yang sehari-hari diantaranya asam pedas, sayur keladi, ikan asin, dan lalapan.

Untuk menu yang kedua sudah termasuk warisan budaya tak benda yakni nasi kebuli, pacri nanas, semur daging, sayur acar,selada timun dan sambal makdolah.

Baca juga: Sutarmidji ingin jadikan Sungai Jawi kebanggaan bersama Pontianak
Baca juga: Pemkot Pontianak disarankan bangun Tugu "Kuntilanak"
Baca juga: Pengusaha travel Sanggau kebanjiran pesanan jelang Natal Tahun Baru

 

Pewarta: Dedi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020