untungnya yang jinak lebih banyak dari yang ganas
Jakarta (ANTARA) - Kanker tiroid lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki karena kelenjar tiroid pada perempuan sering bekerja lebih berat dalam menghasilkan hormon yang lebih banyak untuk metabolisme tubuh, kata dokter.spesialis bedah onkologi Dr Bob Adinata Sp.B(K)Onk.

Dokter spesialis bedah onkologi dari RS MRCCC Siloam itu di Jakarta, Sabtu, mengatakan perempuan membutuhkan metabolisme yang lebih banyak untuk menopang aktivitasnya yang berat seperti mengandung, melahirkan, dan juga menyusui.

Oleh karena itu kelenjar tiroid pada perempuan bekerja lebih keras untuk menghasilkan hormon tiroid yang salah satunya berpengaruh pada aktivitas metabolisme tubuh.

"Sehingga tiroid bekerja lebih berat dan gampang sekali timbul pembesaran tiroid. Sehingga kalau terus terjadi, maka terjadi pembesaran dan menjadi kanker," kata dokter Bob.

Baca juga: Cerita Rachel Amanda hadapi kanker tiroid
Baca juga: Anak-anak lebih rentan terkena kanker akibat radiasi
Baca juga: Penyintas: Pasien kanker bisa beraktivitas seperti biasa


Namun Bob menjelaskan agar masyarakat tidak perlu takut dengan kanker tiroid dikarenakan merupakan jenis kanker nomor sembilan dari data 10 besar kanker. Menurut data Globocan 2018, kanker tiroid juga merupakan kanker nomor lima yang sering diderita oleh perempuan.

Selain itu Bob menerangkan bahwa kanker tiroid lebih banyak yang bersifat jinak dan dapat dikontrol.

"Untungnya yang jinak lebih banyak dari yang ganas," kata Bob. Dia mengatakan 80 persen kasus kanker tiroid adalah jinak sementara 20 persen sisanya merupakan kanker ganas.

Meskipun kanker tiroid jarang terjadi pada laki-laki, namun kasus pada laki-laki seringkali muncul dengan jenis kanker yang ganas.

Kanker tiroid biasanya memiliki gejala klinis terdapat benjolan di bagian leher tengah di bawah jakun. Ciri utama benjolan tersebut berada di tiroid adalah benjolan akan ikut bergerak ketika menelan. Sedangkan jika benjolan terdapat di kelenjar getah bening, tidak akan ikut bergerak ketika menelan.

Baca juga: Akademisi: peringatan hari kanker momentum terapkan PHBS
Baca juga: Yayasan Kanker Indonesia: Media massa sebarluaskan pemberitaan kanker
Baca juga: Pakar: 70 persen masyarakat sadar kanker saat stadium empat


Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020