Data ini tidak termasuk hasil pemantauan pada Minggu (9/2) yang terjadi juga sejumlah rumah rakyat maupun fasilitas umum yang mengalami rusak ringan hingga sedang
Ambon (ANTARA) - Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Maluku, Hendry Far-Far, mengatakan BPBD Maluku Tengah mengerahkan tim kaji cepat untuk memantau dampak gempa magnitudo 5,6 pada Sabtu (8/2) di wilayah Seram Utara Timur Kobi.

"Kami laporkan pascagempa, pada Senin (10/2) tercatat fasilitas umum yakni sekolah Aliah Nurul Huda terjadi kerusakan satu ruang kantor dan dua ruang kelas belajar (RKB) serta gedung Gereja Bethen Dusun Siliha sebanyak dua titik dengan vertikal empat meter," katanya dihubungi dari Ambon, Selasa.

Hendry yang sedang mengikuti kunjungan Gubernur Maluku Murad Ismail ke Kabupaten Seram Bagian Timur itu, mengemukakan rumah masyarakat mengalami rusak ringan, masing-masing di Desa Marasahua, Dea Siliha, Kobi Mukti, dan Lea Wai, sedangkan satu lainnya di Sariputih SP mengalami rusak sedang.

"Data ini tidak termasuk hasil pemantauan pada Minggu (9/2) yang terjadi juga sejumlah rumah rakyat maupun fasilitas umum yang mengalami rusak ringan hingga sedang," ujarnya.

Oleh karena itu, Kepala BPBD Maluku Tengah Bob Rahmat diarahkan agar mengintensifkan tim kaji cepat untuk memantau dampak gempa yang tidak menimbulkan tsunami tersebut, guna dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar mendapatkan anggaran penanganan.

"Pastinya penanganan tanggap darurat telah disalurkan oleh Pemkab Maluku Tengah sesuai instruksi Bupati Abua Tuasikal yang daerahnya juga mengalami dampak gempa beruntun diawali guncangan bermagnitudo 6,5 pada 26 September 2019," kata dia.

Baca juga: BPBD Maluku Tengah: Tidak ada korban jiwa dan pengungsian akibat gempa

Kepala Seksi Informasi BMKG Stasiun Geofisika Ambon Andi Azhar Rusdin mengatakan gempa magnitudo 5,6 pada Sabtu (8/2), pukul 13.36.46 WIB di wilayah Laut Seram dan mengguncang Seram Utara Timur Kobi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).

"Namun, gempa ini berbeda dengan gempa bumi pada 26 September 2019 di Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat dan beda lokasi serta sumber pemicunya," kata Andi.

Dia menjelaskan dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi itu jenis dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Utara Seram.

Kejadian dan parameter gempa bumi pada Sabtu (8/2), pukul 13.36.46 WIB, di wilayah Laut Seram diguncang gempa tektonik.

Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 2,85 LS dan 129,93 BT, atau tepatnya di laut pada jarak 68 km arah barat laut Kota Bula, Kabupaten Seram Bagian Timur, Maluku pada kedalaman 29 kilometer.

"Guncangan gempa dirasakan di daerah Kobisonta IV MMI pada siang hari dan dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, Kairatu (SBB) II MMI, di mana getarannya dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang," kata dia.

BMK juga mengimbau masyarakat tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Mereka juga diminta menghindar dari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan gempa.

"Pastikan informasi resmi hanya bersumber dari BMKG yang disebarkan melalui kanal komunikasi resmi yang telah terverifikasi (Instagram/Twitter @infoBMKG), website (http://www.bmkg.go.id atau inatews.bmkg.go.id), atau melalui Mobile Apps (IOS dan Android): wrs-bmkg atau infobmkg," kata Andi.

Baca juga: BNPB - BPBD Maluku sosialiasi mitigasi dan penanganan dampak gempa

 

Pewarta: Alex Sariwating
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020