Nairobi (ANTARA) - Puluhan ribu warga berkumpul di sebuah stadion terbuka pada Selasa untuk menghadiri pemakaman kenegaraan Daniel Arap Moi, presiden menteri terlama Kenya yang meninggal pekan lalu dalam usia 95 tahun.

Peti mati Moi dengan terbungkus bendera Kenya dibawa dengan kereta meriam dari Gedung Negara, kantor resmi kepresidenan, dalam perjalanan sepanjang lima kilometer ke stadion di ibu kota, Nairobi.

Pasukan dari tentara Kenya, angkatan udara dan angkatan laut berbaris bersama menuju stadion. Di sana, paduan suara menyanyikan lagu-lagu gospel sambil menunggu iring-iringan jenazah tokoh itu, yang digambarkan oleh para kritikus sebagai seorang diktator. 

"Moi adalah orang yang rendah hati. Siapa pun yang mengenalnya, mereka tahu dia adalah orang yang rendah hati. Presiden Moi tidak pernah menyombongkan diri dalam keberhasilan apa pun ... sebaliknya dia menghubungkannya dengan Tuhan," kata Silas Yego, teman lama Moi, pensiunan uskup dari Gereja Afrika Daratan, tempat Moi beribadah. 

"Moi percaya jika kamu ingin sukses, jangan pernah berbohong."

Moi berkuasa pada tahun 1978 ketika dia menjabat sebagai wakil presiden setelah pemimpin negara pertama Presiden Jomo Kenyatta meninggal. Dia tetap berkuasa sampai akhir tahun 2002.

Dia memegang kekuasaan lebih lama dari pemimpin lainnya sejak kemerdekaan dan meninggalkan warisan korupsi yang masih menghantui bangsa Afrika Timur.

Selama pemerintahannya, ribuan aktivis, mahasiswa dan akademisi ditahan di sel bawah tanah tanpa tuduhan. Para tahanan mengatakan mereka kadang-kadang dilarang makan dan minum.

Dia berhasil menjaga Kenya relatif stabil dibandingkan dengan banyak tetangganya yang bermasalah.

Tetapi, dia mengelola ekonomi dengan buruk ketika kemiskinan semakin dalam dan korupsi berkembang.

Sebuah laporan tahun 2004 oleh kelompok perusahaan investigasi perusahaan, Kroll, menuduh Moi dan lingkaran dalamnya mencuri dua miliar dolar AS (sekitar Rp27 triliun) dana negara - sebuah tuduhan yang dibantah pemerintah itu.

Dia memenangkan pemilihan pada tahun 1992 dan 1997, di tengah oposisi yang terpecah, tetapi dia dicemooh dan diminta pensiun ketika batasan masa jabatan memaksanya untuk mundur pada tahun 2002. Ia kemudian hidup tenang selama bertahun-tahun di tanah miliknya yang luas di Lembah Rift.

Beberapa pemimpin dari wilayah tersebut, termasuk Presiden Ethiopia Sahle-Work Zewde, Presiden Rwanda Paul Kagame, Salva Kiir dari Sudan Selatan dan Yoweri Museveni dari Uganda, bergabung dengan Presiden Uhuru Kenyatta dan pelayat lainnya di upacara pemakaman.

Selasa dinyatakan sebagai hari libur nasional. 

Sumber: Reuters

Baca juga: Kenya akan buka kedutaan besar di Jakarta awal 2020

Baca juga: AS masukkan mantan Jaksa Agung Kenya ke daftar hitam


 

Ulama Terbunuh, Kenya Rusuh

Penerjemah: Atman Ahdiat
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020