PAN menggelar Kongres V di Kendari pada tanggal 10—12 Februari 2020, banyak hal yang akan dibahas dalam momentum tersebut, salah satunya pemilihan ketua umum.
Ramai bendera dan baliho partai serta kandidat caketum PAN bukan hanya dimaknai sebagai semaraknya "pesta" lima tahunan partai berlambang matahari tersebut, melainkan yang terpenting adalah masih adanya iklim demokrasi dan kompetisi di partai tersebut dalam suksesi kepemimpinan.
Terselenggaranya Kongres PAN tersebut berada di tengah-tengah bayang-bayang menguatnya tradisi aklamasi di tubuh partai politik di Indonesia dalam suksesi kepemimpinan partai.
Baca juga: Usai pemilihan Ketum PAN, Kongres gelar silaturahim kader
Sebelum Kongres PAN 2020, beberapa parpol melaksanakan suksesi kepemimpinan dengan cara aklamasi, seperti PKB, PDI Perjuangan, Partai NasDem, Partai Golkar, dan yang terakhir adalah Partai Hanura.
Oleh karena itu, munculnya keempat caketum itu meruntuhkan prasangka bahwa PAN tidak seperti partai lain yang memiliki kecenderungan "nyaman" dengan sistem aklamasi dalam suksesi kepemimpinannya.
Selain itu, dalam sejarah suksesi kepemimpinan PAN, para caketum yang muncul pasti lebih dari satu orang kandidat sehingga pemilihannya tidak melalui sistem aklamasi, tetapi ada kontestasi di dalamnya.
Itu artinya sistem kompetisi dan demokrasi dalam suksesi kepemimpinan PAN tetap berjalan, termasuk dalam Kongres Ke-5 PAN di Kendari, yang nuansanya sejak awal sudah berbeda.
Baca juga: Kemarin, WNI eks ISIS tak akan dipulangkan hingga ricuh Kongres PAN
Kongres Berjalan "Panas"
Pembukaan Kongres Ke-5 PAN dilakukan pada hari Senin (10/2) sekitar pukul 20.00 Wita. Pada kongres kali ini tidak dihadiri Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais dan Calon Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap.
Peristiwa itu tentu tidak biasa karena momen besar partai seperti pembukaan kongres tidak dihadiri salah satu ikon dan pendiri partai yang selama ini dikenal memiliki pengaruh kuat di PAN, yaitu Amien Rais.
Terlebih, pada Senin (10/2) siang, kubu Mulfachri mempermasalahkan adanya ketidakkonsistenan Panitia Kongres PAN dalam hal registrasi peserta karena disepakati ditutup pada pukul 12.00 Wita namun hingga sore tetap dibuka.
Ketua DPW PAN Sulawesi Barat Muhammad Asri Anas mengatakan bahwa tim pemenangan Zulkifli Hasan tidak mengikuti mekanisme pelaksanaan Kongres V PAN sesuai dengan penentuan steering commitee (SC) dan organizing committee (OC) yang diputuskan oleh DPP PAN.
Ia menjelaskan bahwa keputusan SC Kongres PAN adalah pendaftaran caketum mulai 8 hingga 10 Februari di Kendari atau di DPP PAN dengan batas akhir Senin (10/2) pukul 17.00 Wita.
Baca juga: Dua periode kepemimpinan Zulkifli di PAN
Baca juga: Zulkifli Hasan: Mulfachri orangnya keras tapi hatinya baik
Selain itu, menurut dia, registrasi peserta kongres sesuai dengan peraturan SC, harus dilakukan arena kongres, yaitu Hotel Claro, Kendari dengan batas waktu Senin (10/2) pukul 12.00 Wita. Setiap peserta harus datang membawa kartu tanda penduduk (KTP) dan Kartu Tanda Anggota (KTA) PAN.
Bahkan, kericuhan sempat terjadi di arena Kongres V PAN di Hotel Claro pada hari Senin (10/2) setelah sekelompok orang meminta panitia menghentikan pendaftaran peserta Kongres PAN yang seharusnya ditutup pukul 12.00 WITA.
Awalnya kelompok orang tersebut yang ada di lantai dasar Hotel Claro tiba-tiba naik ke lantai 2, tempat pendaftaran peserta Kongres.
Setelah itu, sekelompok massa itu berteriak bahwa pendaftaran peserta seharusnya hanya dilakukan sejak pukul 08.00—12.00 WITA. Namun, kenyataannya hingga pukul 14.30 WITA, pendaftaran peserta masih dibuka oleh panitia.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Panitia Pengarah (SC) Kongres PAN Eddy Soeparno menjelaskan bahwa batas waktu registrasi peserta pada hari Senin (10/2) pukul 12.00 Wita. Namun, bisa berubah jika SC memutuskan untuk memperpanjangnya.
Oleh karena itu, menurut Eddy, rapat SC memutuskan untuk memperpanjang waktu pendaftaran peserta Kongres V PAN hingga Selasa (11/2) pagi, sebelum pelaksanaan pleno pertama.
Ia mengatakan bahwa memperpanjang waktu pendaftaran itu cukup bagi para peserta kongres yang belum mendaftar. Mereka tidak perlu beramai-ramai daftar untuk mencegah adanya penumpukan saat pendaftaran karena bisa dilakukan kapan pun.
Namun, ketidakhadiran Amien dan Mulfahcri tidak bisa serta-merta dikaitkan dengan kekisruhan yang terjadi dalam pendaftaran peserta kongres.
Mulfachri memberikan klarifikasi bahwa dirinya tidak tahu pembukaan kongres dilakukan di Lapangan MTQ Kendari karena undangan yang diterimanya adalah acara pembukaan dilakukan di Ballroom Hotel Claro, Senin (10/2) pukul 17.00 WITA sehingga dirinya tidak ada persiapan untuk ke Lapangan MTQ.
Wakil Ketua Komisi III DPR RI menegaskan tidak menerima pengumuman atau pemberitahuan lokasi pembukaan kongres di Lapangan MTQ sehingga tidak akan datang di sebuah acara yang tidak mengundangnya.
"Saya tidak tahu (lokasi pembukaan Kongres PAN), itu lebih pas," katanya.
Baca juga: Pengamat: Arah politik PAN mendekat pada kekuasaan
Keesokan harinya atau Selasa (11/2), Kongres PAN dimulai dengan Sidang Pleno I dengan agenda pembahasan Tata Tertib (Tatib) Kongres. Namun, dalam rapat tersebut terjadi insiden kericuhan hingga ada peristiwa lempar kursi di dalam arena sidang.
Saat insiden terjadi di arena rapat pleno itu, Ketua Umum DPP PAN 2010—2015 Hatta Rajasa dan Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais terlihat sempat meninggalkan ruang. Hatta terlihat kembali ke ruang rapat utama beberapa saat kemudian, sementara Amien pergi ke Lantai I Hotel Claro.
Kejadian tersebut tidak berlangsung lama setelah aparat kepolisian yang berjaga di ruang rapat pleno langsung bertindak menghentikan aksi kader PAN tersebut.
Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan dan Ketua Panitia Pelaksana (OC) Kongres V PAN Eko Hendro Purnomo meminta para kader PAN untuk menjaga ketenangan.
Rapat yang dimulai sekitar pukul 11.00 Wita tersebut berjalan alot karena dinamika yang tinggi ketika membahas status peserta Kongres. Sidang diputuskan untuk diskors untuk sterilisasi ruangan, lalu dilanjutkan kembali.
Sekretaris Panitia Pengarah Kongres V PAN Saleh Partaoanan Daulay menyebutkan sejumlah peserta ingin agar ruang sidang utama steril atau hanya diisi oleh kader PAN yang berstatus sebagai peserta saja sehingga mereka ingin rapat pleno berlangsung tertib.
Para peserta tidak mau kalau orang yang hadir dalam rapat pleno adalah bukan peserta sehingga tidak boleh ada orang yang bukan peserta berada di ruang rapat tersebut sehingga dilakukan langkah sterilisasi.
Tensi yang memanas pun tidak hanya itu, setelah keputusan skorsing dilakukan, tiba-tiba beberapa orang terlihat berjalan cepat dari lantai 2 menuju lantai 1 Hotel Claro dengan kondisi kepala terluka dan berdarah lalu dievakuasi ke ruang medis.
Ketua DPW PAN Sulawesi Barat Asri Anas menyebutkan ada sebanyak 30 orang peserta kongres yang merupakan pendukung Calon Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap terluka diserang sekelompok orang di Ruang Sidang Utama Kongres PAN, Ballroom Hotel Claro Kendari.
Baca juga: Sempat bentrok antarkubu, Mulfachri-Zulkifli akhiri dengan pelukan
Setelah skorsing dicabut, pihaknya masuk ruang rapat pleno lalu tiba-tiba diserbu sekitar 50 orang yang masuk melalui tangga belakang lobi Hotel Claro, lalu naik ke atas.
Menurut dia, dari 30 orang yang terluka itu, kebanyakan berdarah di bagian kepala karena terkena lemparan kursi. Namun, dia enggan menyebut nama-nama orang yang terluka tersebut.
Asri menjelaskan bahwa pihaknya tidak pernah membuat masalah. Kendati demikian, dia meminta semua peserta untuk disterilkan dari Ruang Rapat Utama Kongres dan jangan ada orang yang bukan pemilih masuk ruang rapat pleno.
Dinamika kongres yang meninggi tersebut hingga berujung gesekan fisik, akhirnya membuat agenda pemilihan Ketua Umum DPP PAN dipercepat, dari sebelumnya agenda keenam menjadi pertama, Selasa (11/2).
Ketua Panitia Pengarah (SC) Kongres V PAN Eddy Soeparno mengatakan bahwa panitia kongres juga telah melakukan verifikasi atas perserta yang akan menjadi pemilih resmi.
Eddy menyebutkan ada 590 pemilih dalam pemilihan Ketum PAN tersebut. Namun, ada 22 DPD PAN yang memiliki sengketa kepengurusan sehingga diputuskan dibekukan kepesertaannya.
Langkah itu, menurut dia, untuk menghindari pemilihan berkutat pada sengketa dan berujung pada tindakan hukum dalam bentuk gugatan atau lain-lain di kemudian hari.
Di tengah proses tersebut, Asman Abnur memutuskan mengundurkan diri dari bursa pencalonan Ketua Umum DPP PAN 2020—2025, lantas menyerahkan sepenuhnya pilihan politik para pendukungnya kepada pilihannya masing-masing.
Baca juga: Zulkifli ajak Hatta jadi Ketua MPP PAN
Namun, dia memberikan isyarat dukungan politiknya dialihkan kepada Zulkifli Hasan yang disebutnya memiliki kedekatannya baik dengan dirinya.
"Teman-teman tahu bagaimana kedekatan saya dengan Bang Zul. Akan tetapi, saya tetap menyerahkan kepada para peserta," ujarnya.
Setelah Asman mundur, tersisa tiga caketum PAN yang bertarung dalam pemilihan melalui mekanisme pemungutan suara atau voting, yaitu Mulfachri Harahap, Zulkifli Hasan, dan Dradjad Wibowo.
Dradjad Wibowo tetap maju dalam bursa pemilihan caketum PAN agar iklim demokrasi partai tetap terjaga sehingga ada kontestasi dan kompetisi dalam memperebutkan kursi PAN-1 itu.
Dia juga ingin menunjukkan bahwa sistem demokrasi dengan mekanisme kompetisi dalam suksesi kepemimpinan lebih bagus diterapkan dalam sistem kepartaian di Indonesia, khususnya PAN.
Dalam pemilihan caketum PAN itu, tiga kandidat tersebut memperebutkan 565 suara pemilih. Hasilnya Zulkifli memperoleh 331 suara, Mulfachri 225 suara, Dradjad Wibowo sebanyak 6 suara, sedangkan tiga suara dinyatakn tidak sah.
Dengan hasil itu, Zulkifli Hasan memenangi kontestasi pemilihan Ketua Umum PAN 2020—2025 sekaligus mencatatkan sejarah baru partai tersebut, yaitu menjadi ketum dua periode.
Terpilihnya Zulkifli Hasan tentu saja melegakan karena tensi dan dinamika yang tinggi dalam Kongres PAN. Artinya, telah berakhirnya tinggal yang tersisa adalah bagaimana masing-masing kader menunjukkan kedewasaan politiknya dalam berpartai.
Baca juga: Zulkifli Hasan melanjutkan kepemimpinan PAN periode kedua
Baca juga: Zulkifli Hasan terpilih kembali sebagai Ketum DPP PAN 2020-2025
Peristiwa kericuhan di arena kongres yang berujung gesekan fisik seharusnya tidak perlu terjadi apabila kedewasaan berpolitik dan sikap intelektualitas kader PAN dikedepankan.
Oleh karena itu, agak miris ketika "branding" PAN sebagai partainya kaum intelektual hilang, lalu digantikan dengan sikap bar-bar yang diutamakan dalam menyelesaikan perbedaan pendapat.
Kongres Ke-5 PAN dengan berbagai dinamikanya merupakan ujian kedewasaan politik partai yang didirikan di era reformasi tersebut. Apakah Kongres PAN berikutnya akan terjadi hal yang sama? Tentunya hanya kader partai tersebut yang bisa menjawab.
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020