Semakin banyak keragaman biodiversitas satwa liar semakin besar potensi atau risiko yang mungkin mereka berperan sebagai reservoir atau hewan pembawa virus
Jakarta (ANTARA) - Hilangnya habitat satwa liar di alam dan pembukaan hutan berpotensi penularan virus ke manusia karena satwa liar akan merambah pemukiman manusia, misalnya untuk mencari makanan, kata peneliti senior Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor Joko Pamungkas.

"Hutan dibuka dengan alasan atau tujuan pembangunan mungkin untuk pertanian atau pertambangan berpotensi menghilangkan habitat dari satwa liar sehingga mereka akan merambah ke populasi atau komunitas manusia, dan berpotensi menularkan virus," katanya dalam seminar "Menyikapi Virus Corona COVID-19: Dari Lembaga Eijkman untuk Indonesia" di kantor lembaga itu di Jakarta, Rabu.

Tentu saja, katanya, pertambahan populasi manusia juga akan memungkinkan kedekatan atau memperdekat jarak antara hewan pembawa virus dan manusia.

Kalelawar dan civet (semacam luwak) berpotensi menularkan virus corona ke manusia.

"Semakin banyak keragaman biodiversitas satwa liar semakin besar potensi atau risiko yang mungkin mereka berperan sebagai reservoir atau hewan pembawa virus," ujarnya.

Baca juga: Eijkman: Perlu deteksi silang virus COVID-19 perkuat konfirmasi

Jika habitat satwa liar hilang akibat alih fungsi hutan dan pembukaan lahan maka satwa liar akan terganggu dan terusik.

Jika sudah terusik, katanya, mereka potensi semakin dekat dengan manusia, karena mereka kehilangan dan kesulitan mencari tempat yang biasanya untuk mencari makan, sehingga mencari ke pemukiman penduduk.

"Di situ lah berpotensi berinteraksi antara satwa liar dan manusia terjadi," kata dia.

Dia mengatakan supaya penularan virus corona tidak kembali berulang pada masa yang akan datang, disarankan manusia tidak merusak habitat satwa liar yang menyebabkan hewan tersebut memasuki pemukiman manusia.

Ia mengatakan kelestarian hutan dan habitat hewan serta satwa liar di dalamnya harus tetap terjaga.

Konservasi terhadap satwa liar, kata dia, sebagai kebutuhan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem alam.

Baca juga: Lembaga Eijkman: Indonesia mampu deteksi virus corona
Baca juga: IDI: belum ada laporan virus 2019-nCoV penyebab tunggal kematian

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020