Tentunya di sini, stance kebijakan itu tidak saja dilihat dari inflasi tapi bagaimana konteks eksternal nilai tukar rupiah. Dua faktor ini menjadi faktor seandainya kami melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah dan Bank Indonesia memperhitungkan pengaruh risiko global, termasuk virus corona dalam menentukan target inflasi yang diproyeksikan mencapai kisaran 3 persen pada tahun ini.

"Faktor menekan inflasi baik berasal global, isu masalah virus, apakah harga komoditi global juga naik, itu telah dihitung," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Kamis.

Selain risiko global, proyeksi inflasi juga sudah mempertimbangkan apabila ada penyesuaian beberapa harga yang diatur oleh pemerintah atau administrative price yang berasal dari risiko domestik.

Bank sentral itu, lanjut dia, yakin dengan kisaran proyeksi inflasi 2020 itu sehingga posisi kebijakan moneter BI masih akomodatif.

"Tentunya di sini, stance kebijakan itu tidak saja dilihat dari inflasi tapi bagaimana konteks eksternal nilai tukar rupiah. Dua faktor ini menjadi faktor seandainya kami melakukan penyesuaian kebijakan suku bunga," katanya.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir menambahkan tahun ini pemerintah dan BI menetapkan target untuk menjaga inflasi golongan volatile food atau harga pangan yang kerap mengalami gejolak.

Pemerintah dan BI menargetkan harga pangan yang kerap bergejolak ditargetkan sebesar 4 plus minus 1 persen atau berada pada kisaran 3-5 persen.

Untuk menjaga inflasi dalam volatile food itu, akan dilakukan strategi 4K yakni ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi barang, keterjangkauan harga dan komunikasi efektif.

"Biasa volatile food tidak ditargetkan, karena begitu besarnya tantangan seperti gangguan musiman, kami coba hilangkan disparitas," katanya.

Oleh karena itu, lanjut dia, dalam High Level Meeting Tim Pengendali Inflasi Pusat (HLM TPIP) yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, diputuskan menurunkan disparitas antarwaktu dan antartempat.

"Antarwaktu maksutnya ketika persediaan tinggi, harga turun. Ketika tidak musim panen, harga naik. Ini kebijakan akan dilakukan termasuk perdagangan antardaerah," imbuhnya.

Untuk mengeksekusi kerja sama antardaerah itu, lanjut dia, akan diimplementasikan dalam bentuk bisnis antar-badan usaha daerah.

Baca juga: Pemerintah dan BI sepakati tiga langkah strategis jaga inflasi 2020

Baca juga: BI optimistis penghentian produk dari China tidak pengaruhi inflasi

Baca juga: BPS: Inflasi Januari 2020 sebesar 0,39 persen

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020