Jakarta (ANTARA) - Institute for Essential Services Reform (IESR) mendorong Indonesia untuk memiliki skenario pengurangan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) guna memaksimalkan perekonomian nir-emisi.

Green Economy Program Manajer Communication IESR Erina Mursanti dalam diskusi Green Energy di Jakarta, Kamis malam, mengatakan ada tiga hal yang bisa dilakukan Indonesia untuk memenuhi target batasan suhu global 1,5 derajat Celsius.

Pertama, untuk menanggulangi perubahan iklim Indonesia harus mengurangi jumlah PLTU dan meningkatkan jumlah PLT energi terbarukan hingga 3 kali lipat pada 2030.

Kedua, meningkatkan efisiensi penggunaan elektronik rumah tangga dan penerangan untuk mengurangi beban puncak daya listrik 25 GW di 2030.

Ketiga, menerapkan moratorium izin pembukaan hutan permanen untuk primer, sekunder, serta restorasi gambut.

Indonesia menghadapi beberapa tantangan dalam transformasi ke green energy, di antaranya adalah pengusaha tidak tertarik pada investasi yang berwawasan lingkungan (green projects) karena adanya persepsi bahwa proyek tersebut berisiko tinggi dan minim pengembalian labanya.

Pemerintah, menurut dia, bisa mengalihkan subsidi listrik sebesar 3,3 miliar dolar AS untuk penyediaan sebagian besar investasi membangun PLT angin, surya, dan biomassa demi mencapai target pembangkit listrik pada 2025.

Baca juga: PLTU terbesar di Indonesia telah beroperasi

Baca juga: Kurangi polusi, Korsel tutup 10 PLTU batu bara

Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020