Kebun Raya Bogor memiliki koleksi tanaman yakni 213 famili, 1.202 genus, 3156 spesies dan 12.141 spesimen tumbuhan.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Pusat Penelitian Konservasi Tumbuhan dan Kebun Raya Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) R Hendrian mengatakan Kebun Raya Bogor akan tetap menjaga fungsi riset dan konservasi sebagaimana yang sudah dikerjakan sejak awal berdirinya kebun raya itu

"Kami akan tetap berpegang teguh pada jati diri dan branding yang sudah ditanamkan sejak 1817 itu pada riset dan konservasi," kata Hendrian dalam temu bincang 500 Tahun Konservasi Tumbuhan: Batu Tulis Hingga Kebun Raya Bogor, Bentara Budaya, Jakarta, Jumat.

Hingga saat ini, ada sekitar 60 orang peneliti ada di Kebun Raya Bogor, dilengkapi dengan fasilitas penunjang riset seperti laboratorium riset dan seed bank.

Menurut Hendrian, Kebun Raya Bogor menjalankan fungsi penting di bidang penelitian, konservasi tumbuhan, pendidikan, wisata dan jasa lingkungan.

Baca juga: Kebun Raya Bogor diusulkan jadi situs warisan dunia
Baca juga: Di Kebun Raya Bogor, Amorphophallus titanum mekar sempurna


Kebun Raya Bogor yang didirikan pada 1817 juga sarat dengan aspek sejarah, budaya, ekonomi dan tata kota.

Peneliti etnobotani Pusat Penelitian Biologi LIPI M Fathi Royyani berharap Kebun Raya Bogor menjadi tempat riset yang dapat menjawab masalah-masalah kesehatan seperti di bidang kesehatan.

"Ke depan mudah-mudahan Kebun Raya Bogor harus bisa menjadi tempat riset untuk menjawab masalah-masalah kemanusiaan ke depan apa sih misalnya di bidang kesehatan apa yang kemudian akan dijawab kebun raya," katanya.

Ketika berbicara tentang masalah penyakit-penyakit tropis dan virus baru yang muncul, dia berharap setidaknya Kebun Raya Bogor dapat menjawab adanya riset yang mengindikasi ke arah masalah itu.

Kebun Raya Bogor memiliki koleksi tanaman yakni 213 famili, 1.202 genus, 3156 spesies dan 12.141 spesimen tumbuhan.

Baca juga: Rafflesia patma mekar keempat belas kalinya di Kebun Raya Bogor

Memperkuat Peran Kebun Raya Bogor Masuki Usia 2 Abad


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Rolex Malaha
Copyright © ANTARA 2020