Kalau meninggal karena menuntut ilmu, itu syahid
Jakarta (ANTARA) - Ayahanda dari Yusuf Azhar, seorang WNI peserta observasi Virus Corona di Natuna, Cik Anang, sempat menguatkan kepada anaknya dengan berpesan soal mati syahid kala putranya masih harus terisolasi di Wuhan, China.

"Pas tahu merebak virus Corona, saya bilang ke anak saya, untuk ibadah, saya ingatkan bahwa banyak yang meninggal karena kebanjiran, bukan karena virus, meninggal dimana saja. Kalau meninggal karena menuntut ilmu, itu syahid," kata Cik Anang di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.

Cik Anang mengatakan dirinya terus menenangkan anaknya yang kala itu masih terisolasi di Wuhan, China, karena dirinya punya keyakinan keadaan akan pulih kembali.

Baca juga: WNI peserta observasi corona tiba di Halim melalui tiga kloter

"Kalau meninggal dimana saja tidak masalah, bukan hanya karena virus saja, ada tenggelam, ada kesetrum. Jadi, saya tenangkan yakinkan bahwa nanti pulih kembali," ujar Cik Anang.

Akhirnya Yusuf Azhar dan WNI yang terisolasi di Wuhan bisa dibawa pulang ke Indonesia pada 2 Februari 2020, namun harus menjalani karantina terlebih dahulu untuk diobservasi di Natuna selama 14 hari.

Setelah menjalani 14 hari karantina, 285 WNI yang dikarantina di Natuna, akhirnya dipulangkan pada 15 Februari ini dengan terlebih dahulu ke Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta untuk kemudian meneruskan perjalanan ke daerahnya bagi mereka yang berasal dari luar Jakarta.

Baca juga: Menkes-WHO satu pesawat dampingi WNI peserta observasi Natuna

Kesemua WNI peserta observasi tersebut diberangkatkan dari Natuna dengan menggunakan dua pesawat Boeing dan satu pesawat Hercules milik TNI AU.

Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2020