Jakarta (ANTARA) - Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI (Purn) Agus Supriatna menyampaikan sejumlah saran terkait rencana pembelian pesawat tempur untuk memperkuat alat utama sistem persenjataan (alutsista).

"Begini, kalau memilih pesawat atau alutsista itu harus satu tingkat lengkap dari apa yang kita miliki," katanya, usai menjadi pembicara diskusi "Technology and Security: What's Next?" di @amerika Pacific Place, Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Uji Terbang Su-30 Baru TNI AU Sukses

Baca juga: Tiga Sukhoi Dari Rusia Tiba September 2010

Baca juga: Jet Tempur F-16 dan Su-30 Gempur Sangatta




Ia mencontohkan Indonesia sekarang sudah memiliki pesawat tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30, berarti sebaiknya ke depan memperkuat pertahanan udara dengan tipe Su-35.

"Kita punya pesawat F-16 tipe A/B Block 15 25, ya (mestinya) yang Block 70 Viper. Jangan macem-macem, beli pesawat macem-macem," kata Agus mencontohkan lagi.

Apalagi, mantan Kepala Staf Umum TNI itu mengingatkan bahwa sistem pemeliharaan alutsista, termasuk pesawat tempur juga tidak mudah.

"Yang mudah sekarang, enggak usah beli macem-macem, untuk tempur ya itu. Karena sistem pemeliharaan juga tidak mudah," kata Agus.

Sebelumnya diwartakan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke sejumlah negara, salah satunya Prancis pada 11-13 Januari lalu untuk mempererat kerja sama pertahanan kedua negara.

Dalam kunjungan itu, dikabarkan bahwa Pemerintah Indonesia tertarik membeli 48 jet tempur Dassault Rafale dan 4 kapal selam Scorpene buatan Prancis.

Surat kabar lokal Prancis, mengutip sumber Kementerian Pertahanan Perancis menyebut Pemerintah Indonesia juga tertarik membeli 2 kapal perang Korvet Gowind produksi Prancis.

Namun, Wamenhan Sakti Wahyu Trenggono menegaskan kunjungan Prabowo ke Prancis itu baru sebatas melihat-lihat alutsista yang dimiliki negara itu, belum sampai ke rencana pembelian.

"Kalau namanya melihat kan boleh, masa gak boleh? Kan belum tentu beli," katanya.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020