Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Gerakan Kebangsaan (PGK) Bursah Zarnubi mengingatkan kembali pemerintah soal bonus demografi yang harus dimanfaatkan dengan baik.

"Saya selalu menggaungkan dan menggelorakan anak-anak muda itu aset masa depan bangsa, menggerakkan perubahan karena itu anak muda sangat penting di dalam perubahan bangsa-bangsa di dunia, terutama di Indonesia," katanya, di Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Hipmi: Bonus demografi dapat menjadi bencana jika tidak terampil

Baca juga: Peneliti: Kalbar capai bonus demografi pada tahun 2020

Baca juga: Memetik bonus demografi dengan pengendalian kependudukan


Hal tersebut disampaikannya saat memberikan pengantar diskusi bertajuk "Peran Pemuda Sebagai Tulang Punggung Pemanfatan Bonus Demografi, Tantangan dan Peluang Ekonomi dalam Menyongsong Indonesia Emas pada Tahun 2045", di Kantor PGK, kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.

Bonus demografi, kata Bursah, harus dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang menguasai sains dan teknologi.

Menurut dia, Indonesia harus bisa seperti negara-negara lain yang berhasil memanfaatkan kondisi demografi, seperti Jepang yang berhasil menciptakan produktivitas ekonomi yang cukup tinggi.

"Contoh Jepang. Di tengah penurunan angkatan kerja tapi ekonominya tumbuh mengagumkan. Ini yang perlu dicatat oleh ahli ekonomi. Pertumbuhan ekonominya mengagumkan. Bahkan, mengalahkan Amerika," katanya.

Bursah yakin Indonesia bisa menjadi negara super power pada 2050 dengan kekayaan sumber daya alam yang besar dan memiliki peluang besar menjadi negara nomor lima di dunia.

Selain jumlah populasi dan SDA, Bursah menambahkan soal persatuan dan kesatuan antaranak bangsa dalam bonus demografi sebab jika tidak ada persatuan maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi pelambatan dan gangguan.

"Maka anak-anak muda akan sangat menentukan masa depan sejarah Indonesia karena di situ mereka berada. Tanpa tanggung jawab milenial dalam meningkatkan iptek bangsa ini enggak akan kemana-mana," tegasnya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Muhammad Faisal mengatakan puncak bonus demografi akan terjadi pada 2030-2035.

Pada saat itu, kata dia, jumlah kelompok usia produktif, yakni usia 15-64 tahun, diperkirakan jauh melebihi kelompok usia tidak produktif (di bawah 15 tahun dan 65 tahun ke atas).

Menurut Faisal, kelompok usia produktif merupakan mesin pendorong pertumbuhan ekonomi sehingga menjadi peluang paling besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi paling tinggi terjadi pada masa bonus demografi.

"Negara-negara maju seperti Jepang, Kanada atau negara-negara Skandanavia tak lagi produktif karena kelompok usia produktif terus menyusut," tandasnya.

Sementara itu, Staf Khusus Presiden RI Arif Budimanta mengatakan bonus demografi adalah sebuah periode ketika jumlah penduduk usia produktif kisaran 15-64 tahun lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk di usia yang tidak produktif di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.

"Di tahun 2030, persentase penduduk usia produktif total mencapai lebih dari 68 persen dari total populasi. Angka ini akan jauh lebih besar seperti China dan India. Bahkan dengan negara-negara berpendapatan tinggi sekalipun," kata Arif.

Arif mengatakan, peran penduduk usia produktif dalam perekonomian nasional nantinya sebagai pendorong produktivitas, penyumbang terbesar pajak, dan kontributor konsumsi terbesar.

"Indonesia harus bisa memanfaatkan momentum demografi. Gagal mengapitalisasi momentum yang ada, maka bonus demografi hanya akan menjadi bencana," kata Arif.

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2020